TEMPO.CO, Jakarta- Pendiri kelompok suporter Ultras Garuda, Harie Pandiono, mengaku pesimistis Kongres Luar Biasa PSSI atau KLB PSSI pada 2 November 2019 bisa meningkatkan prestasi tim nasional terutama timnas senior.
Pria asal Malang ini menuturkan ada semacam komitmen dari para mafia bola yang menguasai PSSI supaya para calon ketua untuk menandatangani surat kesepakatan untuk tidak mengubah haluan dari organisasi. "Karena siapapun yang mencalonkan diri, kalau tidak menandatangani pakta integritas kan tidak didukung," kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 30 Oktober 2019.
Menurut dia, pengurus lama PSSI yang masih ingin berkuasa itu malah menjerumuskan timnas dalam keterpurukan. Pria berusia 56 tahun ini mengatakan bahwa ada pengurus yang sudah terlibat selama 20 tahun tapi tidak bisa membawa timnas lolos ke Piala Dunia tetap saja ngotot berada di PSSI. Menurut dia, orang jujur seperti Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha, akhirnya ikut arus karena berada di lingkaran pengurus yang bobrok.
"Saya dulu berharap banyak sama Tisha, tapi setelah dia mengalami kekerasan, terkena lemparan keramik dalam stadion dan dia tidak melakukan hukuman apapun terhadap penyelenggara, bahkan tidak melakukan investigasi, dia sama dengan membiarkan setiap kekerasan dendam terjadi di dalam stadion," kata Harie.
Artinya, kata dia, Tisha juga menjadi bagian dari pengurus ikut menutup mata terhadap pelanggaran hukum yang terjadi di sepak bola. Bahkan tidak ada itikad dari pengurus PSSI untuk memperbaiki kondisi yang ada. "Bagaimana bisa berprestasi kalau PSSI sendiri tidak konsisten terhadap pelanggaran hukum?" kata Harie.
Menurut dia, kegeraman suporter terhadap pengurus PSSI makin memuncak karena kekalahan 4 kali beruntun di Penyisihan Piala Dunia 2022. Bahkan tiga di antaranya dari negara di kawasan Asia Tenggara. "Para pegurus PSSI kan nggak minta maaf ke rakyat Indonesia atas kekalahan ini, tujuannya sepakbola apa sih yg lebih besar selain lolos Piala Dunia?" ucap Harie mengungkapkan kejengkelannya.
Meski sudah tidak lolos ke Piala Dunia, kata Harie, kebebalan sikap PSSI tetap dipertontonkan dengan masih mempertahankan Simon Mcmenemy sebagai pelatih. Ia malah menyarankan selain pelatih harusnya seluruh petinggi PSSI ikut mengundurkan diri kalau masih memiliki rasa malu. "Mereka bahkan seolah telah berhasil programnya dengan ditunjuknya sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20," kata dia.
Menurut Harie, penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bukan karena prestasi timnas tapi menjual fanatisme suporter ke FIFA. Ia bahkan ragu dengan janji para calon ketua PSSI yang ingin membersihkan para mafia bola yang masih bercokol di PSSI. "Kalau mereka niat kenapa fakta-fakta di acara Mata Nazwa nara sumbernya jelas didengar jutaan pemirsa dan tidak melakukan tindakan apa-apa?" kata dia.
Harie menjelaskan makin suramkan masa depan PSSI dapat dilihat dari pergerakan saham PT Bali Bintang Sejahtera (BOLA) atau Bali United yang stagnan di lantai bursa. Menurut dia, para investor tidak percaya dengan upaya perbaikan PSSI di masa depan. "Calon juara tapi tidak ada yang minat berinvestasi karena masa depan sepak bola yang belum pasti," kata dia.
IRSYAN HASYIM