TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih Timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini, mengaku heran dengan respons suporter yang memboikot laga timnas karena kecewa dengan kepengurusan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI). Juru taktik asal Aceh ini mengatakan terdapat perbedaan jelas antara mencintai sepak bola dengan mencintai PSSI.
"Kalau mencintai sepak bola tidak peduli soal organisasi. Buat saya aneh saja. Reaksi terhadap federasi terus memboikot timnas," kata laga melawan Hong Kong di Stadion Madya, Jakarta, Jumat, 8 November 2019.
Pelatih berusia 54 ini mengaku tidak mengetahui logika berpikir suporter yang memboikot laga Timnas U-19. Menurut dia, Amiruddin Bagus Kahfi dan kawan-kawan berusia 17 dan 18 tahun dan membutuhkan dukungan untuk terus berkembang. "Mereka butuh support dari penonton. Mereka nggak salah apa-apa," kata dia.
Fakhri mengaku tidak mempersoalkan aksi boikot suporter Ultras Garuda. Ia berjanji bakal terus menampilkan permainan atraktif meski tanpa penonton. "Tidak sedikit pun berkurang semangat Timnas U-19 untuk bertanding meski tidak ada satu pun penonton," kata dia.
Sebelumnya, Sejumlah suporter Timnas Indonesia melanjutkan aksi boikot saat Timnas U-19 bermain di Kualifikasi Piala AFC U-19 2020. Boikot yang ditempuh suporter Ultras Garuda ini karena menuntut perbaikan di tubuh federasi sepak bola Indonesia atau PSSI.
Pendiri Ultras Garuda, Harie Pandiono, mengatakan sekitar 30 suporter tetap ke Stadion Madya saat Timnas U-19 melawan Timor Leste, tapi tidak ikut masuk ke dalam tribun penonton. “Boikot bukan berarti tidak mencintai Timnas, hanya bentuk protes ke federasi (PSSI) yang dipimpin orang itu-itu saja selama 30 tahun,” kata Harie saat dihubungi Tempo, Jumat, 8 November 2019.
Pria asal Malang ini menyebut aksi boikot akan dilakukan di setiap laga Timnas. Aksi terus berlanjut sampai ada perubahan signifikan di tubuh PSSI. Harie mengatakan tugas pertama Ketua PSSI, Mochamad Iriawan, ialah menegakkan aturan dan sportifitas dengan tidak lagi membiarkan pelanggaran tanpa adanya sanksi.
Ia bakal menagih janji Iriawan yang ingin menyatukan suporter Indonesia dengan membentuk divisi pembinaan suporter. Menurut dia, usai memecat pelatih Timnas Indonesia Simon McMenemy, suporter ingin melihat pilihan pelatih yang bakal menggantikannya. “Kami juga ingin PSSI dihargai negara lain jangan hanya jadi candaan karena jadwal liga yang terburuk di dunia,” ungkap dia.
IRSYAN HASYIM