Hal itu yang dirasakan ketika ia bersama skuad Garuda 1991 tampil di SEA Games Filipina. Saat itu, timnya termotivasi ingin mengulang pencapaian Timnas di SEA Games 1987. Waktu itu Ricky Yacobi dan kawan-kawan juga berhasil meraih medali emas.
"Motivasi kedua itu kita tidak diunggulkan, jadi tidak ada beban. Tapi kita percaya kekuatan dan kemampuan kita," kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 6 Desember 2019.
Menjelang SEA Games 1991, Widodo bercerita, skuad Garuda harus menjalani pelatnas selama tiga bulan. Pemain berkonsentrasi penuh ke timnas. "Dulu memang pelatnas itu lepas dari klub, kalau sekarang zaman sudah berubah," kata dia.
Terkait permainan Timnas U-23 di SEA Games 2019, pria berusia 49 tahun ini yakin pelatih Indra Sjafri sudah mengetahui potensi anak asuhnya. Menurut dia, secara taktik Indra pasti sudah memperhitungkan skema permainan yang bakal dipakai dalam setiap pertandingan.
"Tidak semena-mena mentang-mentang kita kuat, setiap pertandingan kita main terbuka, ada tactical, itu coach Indra pasti tahu," kata dia.
Pelatih klub Persita Tangerang ini mengingatkan kepada Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan supaya bisa mengontrol emosi di lapangan. Menurut dia, kalau dalam kondisi emosi segala skema dan taktik yang ingin diterapkan tidak bakal berkembang. "Biarpun ketinggalan biar lawan memprovokasi, kita jangan sampai emosi," kata dia.
Widodo menekankan bahwa SEA Games 2019 adalah laga internasional. Skuad Garuda Nusantra harus fokus pada strategi yang diinstruksikan oleh pelatih. "Hal lain tinggal percaya saja dengan keputusan wasit," ujarnya.
IRSYAN HASYIM