TEMPO.CO, Jakarta - Manajer atau pelatih seperti seorang konduktor atau dirigen dalam sebuah pertunjukan musik. Posisinya terlihat dominan dan sentral. Hari-hari belakangan ini kita melihat bagaima gonta-ganti posisi pelatih terjadi begitu cepat di Liga Primer Inggris dan Seri A Liga Italia. Era bisa memimpin begitu lama seperti Sir Alex Ferguson di Manchester United atau Arsene Wenger di Arsenal atau Ariggo Sacchi di AC Milan kemungkinan akan sulit terulang lagi.
Adapun sebagian mereka yang baru saja dipecat sebagai manajer atau pelatih bukan karena tidak berkualitas, melainkan klub-klub pada era mutakhir ini semakin tidak sabaran untuk terus menderita dengan rentetan kekalahan dan terpuruk di papan bawah.
Masa transisi menunggu pergantian manajer/pelatih menjadi perhatian menarik belakangan ini.
Itu sebabnya ketika Arsenal dikalahkan Manchester City 3-0 di Stadion Emirates, London, pada pekan ke-17 Liga Primer Inggris dinihari tadi, Minggu malam, 15 Desember 2019, salah satu yang menarik sorotan adalah permintaan pelatih sementara Arsenal, Freddie Ljungberg, untuk segera memutuskan siapa yang layak menjadi manajer tetap, dirinya atau orang lain.
“Saya bilang kepada mereka (direksi Arsenal), mereka harus segera membuat keputusan,” kata Ljungberg kepada Sky Sports. “Kami di sini untuk menolong dan para staf berusaha untuk berdaptasi. Kita bisa mengambilnya dari sumber lain.”
Sebagian mengganggap Ljungberg, mantan bintang Arsenal, belum pantas melatih timnya. Nama Carlo Ancelotti yang baru saja dipecat dari Napoli pun kian santer untuk jadi manajer Arsenal yang baru.
Sedangkan Gennaro Gattuso yang baru saja menggantikan posisi seniornya di Napoli langsung menuai kekalahan dalam debutnya di klub dalam Seri A Liga Italia. Jauh sebelumnya Gatuttuso dipecat dari AC Milan karena dinilai gagal mengangkat mantan timnya semasa menjadi pemain dalam kompetisi Ser A musim ini.
