TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat pemerintah Uganda mengungkapkan sebanyak tujuh pemain sepak bola Eritrea menghilang setelah mengikuti sebuah turnamen sepak bola tingkat kawasan.
Juru bicara sebuah lembaga yang mengorganisasikan Piala CECAFA Senior Challenge, Rogers Mulindwa, kepolisian masih terus mencari para pemain yang hilang. Hilangnya para pemain bukan kejadian pertama. Dalam dua bulan terakhir ini sudah ada kasus menghilangnya para pemain sepak bola saat berkeliling ke negara itu. Mereka adalah empat anggota skuad timnas U-20 Eritrea yang ternyata ramai-ramai mencari suaka politik kepada Uganda.
Kuat dugaan hilangnya para pemain karena ingin membelot dari Eritrea yang diperintah oleh Presiden Isaias Afwerki. Pemerintahan Afwerki dituding oleh kelompok pembela hak asasi manusia sebagai salah satu rezim yang paling mengekang di dunia.
Eritrea telah diperintah Presiden Afwerki sejak negara tersebut merdeka dari Ethiopia pada 1993. Populasi Eritrea mencapai sekitar lima juta penduduk. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan pada akhir 2018 ada lebih dari 500 ribu warga yang mengungsi dari negara tersebut.
Mengutip Reuters, kejadian menghilangnya atlet bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya ada banyak atlet Eritrea yang menolak kembali ke rumah atau menghilang saat berlaga di luar negeri. Salah satu yang membuat penduduk Eritrea menolak pulang ialah adanya tekanan politik dan wajib militer yang panjang.
Lebih jauh lagi, pada 2012 ada 14 pemain sepak bola Eritrea yang menghilang. Mereka pergi entah kemana usai mengikuti turnamen sepak bola Piala CECAFA di Uganda. Nampaknya sepak bola jadi ajang pelarian bagi warga Eritrea yang berhasil keluar dari negara.