TEMPO.CO, Jakarta - Kebahagiaan merayakan Hari Natal yang dirasakan umat Kristiani pada 25 Desember 2019 ini seperti datang terlalu cepat buat Leicester City dan manajernya, Brendan Rodgers.
Leicester tak akan sempat berlama-lama menikmati pesta Natal. Pasalnya, mereka harus segera bekerja keras mengamankan anugerah yang diterima sekarang, yaitu urutan kedua sementara Liga Primer Inggris. Mereka pun menanggung beban harapan suporternya untuk mengulang dongeng keajaiban musim 2015-2016, yakni juara.
Setelah tiga musim mengikuti Liga Primer dengan prestasi biasa, yaitu urutan ke-12 2016-17 dan posisi kesembilan dua musim berikutnya, Leicester kini menjanjikan lompatan prestasi luar biasa. Foxes ada di peringkat kedua sampai pertandingan ke-18 atau selangkah lagi memasuki setengah musim kompetisi.
Brendan Rodgers, pria Irlandia Utara, yang berkelana di Liga Skotlandia bersama Glasgow Celtics setelah dipecat Liverpool empat tahun lalu, datang ke King Power Stadium musim ini seperti seorang Mesias, sebagaimana Claudio Ranieri tiga tahun lalu.
Posisi Rodgers dan Ranieri mirip di King Power Stadium. Keduanya memimpin pemain kaum jelata, jika dikategorikan dari segi kualitas dan kriteria bintang lantas dibandingkan dengan pemain yang dimiliki Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, dan Arsenal.
Ada pemain gelandang serang sekelas Riyad Mahrez dari Aljazair, yang kini menjadi salah satu pemain andalan juara bertahan Manchester City. Juga ada bek tengah Harry Maguire yang mengharumkan Inggris sampai perebutan urutan ketiga Piala Dunia 2018 sebelum dijadikan Manchester United musim ini sebagai bek termahal di dunia.
Tapi, bersama ujung tombak sepuh Jamie Vardy yang tetap dipakai sejak era Ranieri sampai Rodgers dan ikut menjadi pahlawan Inggris di Rusia 2018, secara keseluruhan skuad pemain Leicester City masih di bawah pemain lima klub besar tersebut, baik dari segi kualitas individu, ketenaran, dan rapor prestasinya.
Lalu datanglah Ranieri seperti seorang Mesias atau Juru Selamat yang mengangkat Liecester City yang dalam posisi underdog untuk menjadi juara Liga Primer Inggris 2015-2016.
Musim ini pun Leicester City mengawali kiprahnya dalam posisi yang sama, tak diperhitungkan sebagai unggulan. Tapi, Rodgers yang datang sejak akhir Februari 2019 membawa pencerahan dan keselamatan bagi Leicester City sehingga merangsek sampai urutan kedua mengatasi Manchester City, Chelsea, apalagi Manchester United dan Arsenal.
Lalu Jamie Vardy kembali memimpin daftar pencetak gol terbanyak. Pada usia 32 tahun, Vardy dicerahkan oleh Rodgers untuk menjadi tua-tua keladi, makin tua kian jadi (pencetak gol yang dahsyat).
Kekalahan dari Manchester City yaitu 1-3 menjelang Natal, yaitu pada 22 Desember lalu, tak mengurangi penghargaan warga Foxes kepada Brendan Rodgers sebagai juru selamat.
“Ia memberi pengaruh yang baik sejak ia datang,” kata bek Leicester City, Ricardo Pereira, seperti dikutip dari PuneMirror.
“Kami bisa memperbaiki diri. Kami bisa bermain lebih baik lagi dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Ia datang hanya membawa kebaikan bagi kami,” Pereira melanjutkan.
Leicester City memenangi 12 dari 18 pertandingan musim ini di Liga Primer Inggris 2019-2020 dan hanya kalah tiga kali, termasuk dari juara bertahan Manchester City menjelang Natal, Sabtu lalu.
“Semua itu karena cara bermain kami membuat lawan lebih segan dan makin waspada terhadap ancaman kami,” Pereira menambahkan. Musim lalu, Leicester finis 46 poin di belakang sang pemenang Manchester City dan musim ini mereka sementara unggul satu poin di atas City.
Dan, dengan berkah dari Natal yang istimewa itu, Leicester City akan menjamu Liverpool yang berada 10 poin di atas mereka di puncak klasemen pada hari perayaan Boxing Day, hari ini, Kamis 26 Desember, atau Jumat dinihari waktu Indonesia di King Power Stadium.