TEMPO.CO, Jakarta - Liverpool semakin perkasa dengan mengalahkan Wolves 1-0 dinihari tadi di Anfield, tak terkalahkan dalam 19 pertandingan Liga Primer Inggris musim ini, dan unggul 13 poin di puncak klasemen.
Penyerang Liverpool Sadio Mane, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Wolverhampton dalam pertandingan Liga Inggris di Anfield, Liverpool, 29 Desember 2019. Gol Mane membawa Liverpool kalahkan Wolves. REUTERS/Andrew Yates
Sebelum pertandingan itu, pada Minggu malam, 29 Desember 2019, Liverpool terpilih sebagai klub terbaik dunia versi Dubai Globe Soccer Awards 2019 dalam acara di ibukota Uni Arab Emirat itu. Manajernya, Jurgen Klopp, dan sang kiper, Alisson Becker, masing-masing terpilih sebagai pelatih dan penjaga gawang terbaik di dunia tahun ini.
Manajernya asal Jerman, Jurgen Klopp, yang telah membawa The Reds ini memenangi Liga Champions Eropa, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub FIFA 2019 punya kisah-kisah menarik yang ditulisnya untuk The Players Tribune pada 24 September 2019.
Pada awalnya ia menceritakan pengalamannya yang lucu dan aneh ketika menjadi muda di Borussia Dortmund pada 2011 yang hendak tampil di kandang raksasa Bayen Munich.
Saat itu, Dortmund tidak pernah menang di Munich sekitar 20 tahun. Klopp lantas mengambil inspirasi dari serial film Rocky Balboa. Ini adalah seral film yang dibikin aktor produser Sylvester Stallone berdasarkan kisah petinju legendaris Rocky Marciano.
Klopp yakin dengan mengajak para pemainnya menonton film Rocky 1, 2, 3, dan 4, pemainnya akan terinspirasi untuk mengalahkan Bayern.
Klopp ingin para pemainnya terinpirasi dari latihan tokoh Rocky di Siberia dalam pondok kayu kecilnya. Dia menebang pohon-pohon pinus dan membawa kayu-kayu gelondongan melewati salju dan berlari ke puncak gunung.
“Kita adalah Rocky. Kami kecil, betul. Tapi, kita punya semangat! Kita memiliki hati juara! Kita bisa melakukan yang mustahil!!!!”
Tapi, para pemain Dortmund hanya duduk dan melihatnya dengan mata sayu. Ternyata dari semua pemain, hanya Sebastian Kehl and Patrick Owomoyela yang tahu tentang fim Rocky itu.
Kita adalah manusia. Terkadang, kita mempermalukan diri sendiri. Begitulah adanya.
Tapi, setelah apa yang dilakukan Klopp pada 2011 itu, Dortmund bisa menumbangkan Bayern 3-1. ”Dan, tentu saja hal itu menjadikan ceritanya menjadi jauh lebih baik! Tapi, saya tidak bisa memastikan 100%,” katanya.
Klopp merasa terhormat telah memenangkan penghargaan FIFA untuk pelatih terbaik pada 24 September 2019 itu Tapi, ia menegaskan semua yang dicapainya hanya mungkin karena semua orang di sekitarnya.
Tidak hanya pemainnya, tapi keluarganya, dan putra-putranya, dan semua orang yang telah bersamanya sejak awal, ketika dia masih sangat rata-rata.
Ketika Klopp berusia 20, ia berpengalaman mengalami momen yang sepenuhnya mengubah kehidupanku. Ia masih anak-anak, tapi saya juga menjadi seorang ayah.
Ia bermain sebagai pesepakbola amatir dan berkuliah di universitas saat itu. Untuk membayar sekolah, saya bekerja di gudang tempat mereka menyimpan film untuk bioskop.
Klopp akan tidur selama lima jam setiap malam, pergi ke gudang pagi hari, dan kemudian pergi ke kelas di siang hari. Pada malam hari, ia akan pergi latihan (sepak bola) dan kemudian saya pulang dan mencoba menghabiskan waktu bersama putra-putranya.
Itu adalah waktu yang sangat sulit. Tapi, itu mengajari dia tetang kehidupan nyata.
Klopp menjadi orang yang sangat serius pada usia muda. Seluruh temannya mengajak untk pergi ke pub di malam hari, dan setiap tulang di tubuhnya ingin mengatakan, “Ya! Iya! Saya ingin pergi!”
Tapi, tentu saja, Klopp tidak bisa pergi, karena ia tidak hidup hanya untuk diri saya sendiri. Bayinya tidak peduli bahwa anda lelah dan ingin tidur sampai siang.Bagi Klopp, apapun yang terjadi di lapangan sepak bola tidak bisa dibandingkan dengan ini.
Terkadang orang bertanya mengapa ia selalu tersenyum. Bahkan setelah timnya kalah, kadang-kadang ia masih tersenyum. Itu karena ketika putranya lahir, ia menyadari bahwa sepakbola bukanlah hidup atau mati. Kami tidak menyelamatkan nyawa.
Sepak bola bukanlah sesuatu yang harus menyebarkan kesengsaraan dan kebencian. Sepak bola harus tentang inspirasi dan sukacita, terutama untuk anak-anak.
Berikut penggalan kisah yang ditulis Jurgen Klopp berikutnya:
Saya sudah sering melihat dari perjalanan hidup para pemain saya seperti Mo Salah, dan Sadio Mane, dan Roberto Firmino ada hanya hal yang bisa dilakukan untuk kehidupan ini dari sepak bola.
Kesulian hidup yang saya alami sewaktu muda di Jerman tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang telah kujalani dalam kehidupannya. Ada begitu banyak momen ketika mereka bisa dengan mudah menyerah tapi mereka menolak untuk pasrah.
Mereka bukan tuhan. Mereka hanya sederhana saja: tidak pernah menyerah dengan mimpi mereka.
Saya yakin 98% tentang sepak bola adalah soal bagaimana menyikapi kegagalan dan masih tetap mampu tersenyum dan menemukan kegembiraan dalam pertandingan berikutnya.
Saya belajar dari keselahannku sejak sangah dini. Saya tidak pernah melupakan hal pertama. Saya menerima pekerjaan (sebagai pelatih) pada 2001 di Mainz (klub di kota terdekat dari Frankfurt, tempat saya menghabiskan waktu sebagai pemain selama 10 tahun.
Problemnya mereka semua masih teman-teman saya. Setelah beberapa malam, setelah saya menjadi bos tim, mereka masih memanggilku, “Kloppo.”
Ketika saya mengumumkan skuad untuk pertandingan pertama, saya pikir adalah benar jika saya pergi setiap pemain di kamar dan bilang di hadapan muka mereka masing-masing mana yang main dan siapa yang tidak.
Ternyata hal itu menjadi skenario yang sangat buruk karena kami di hotel dengan kamar dobel. Jadi bisa anda bayangkan, saya masuk ke kamar pertama dan di sana duduk dua pemain di ranjang. Kepada yang satu saya bilang, “Kami main dari awal besok.”
Kepada yang satunya lagi, “Sayangnya, kamu tidak jadi pemain starter besok.” Saya menyadari betapa kacaunya dengan skenarioku ini ketika pemain itu lantas menatapku dan bertanya.” Tapi… Kloppo … mengapa?” Sebagian waktu, tidak ada jawaban. Satu-satunya jawaban yang realistis adalah, “Kita cuma bisa mengawali permainan dengan 11 pemain.”
THEPLAYERSTRIBUNE.COM | LIVERPOOL F.C.