TEMPO.CO, Jakarta- Mantan pelatih PSIS Semarang, Bambang Nurdiansyah, mengatakan sikap Fakhri Husaini menolak menjadi asisten pelatih Shin Tae-yong di Tim Nasional Indonesia sebagai keputusan yang perlu diapreasiasi.
Juru taktik berusia 59 tahun ini menyebutkan bahwa seorang pelatih seharusnya mempunyai karakter seperti Fakhri Husaini yang berani mempertanyakaan keputusan yang meragukan kualitasnya. "Pelatih lokal sebenarnya kualitasnya bagus-bagus tapi seperti coach Fakhri bilang kita tidak dikasih kepercayaan. atau reward kurang," kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 8 Januari 2019.
Bambang Nurdiansyah. (liga-indonesia.id)
Menurut dia, pemberian kesempatan yang minim ke pelatih lokal bukan hanya terjadi di timnas tapi juga di klub Liga 1.
Mantan pemain timnas ini menyebutkan bahwa di Liga 1 itu banyak pelatih asing yang kualitasnya biasa-biasa saja. Namun tetap mendapat kepercayaan yang lebih jika gagal di sebuah klub. "Mereka gampang berpindah-pindah klub," kata dia.
Hal itu, kata dia bakal berbeda jika kegagalan mendongkrak prestasi klub dilakukan oleh pelatih lokal. Bambang menyebutkan cap sebagai pelatih tidak berkualitas langsung diberikan. "Klub punya hak sih karena mereka yang punya uang tapi putra bangsa harus dipikirkan juga," kata dia.
Menurut dia, langkah Fakhri menolak jadi asisten pelatih sebagai hal positif dan mewakili sikap pelatih lokal yang kerap dipandang sebelah mata kualitasnya. "Kami juga mampu kok dan apa yang dilakukan coach Fakhri mewakili kami semua sebagai pelatih bahwa kita harus punya sikap seperti coach Fakhri," ungkap dia.
Sebelumnya, Fakhri Husaini memutuskan menolak menjadi asisten Shin Tae-yong di Timnas Indonesia. Ia menyebutkan bahwa keberhasilnya membawa Amiruddin Bagus Kahfi ke Piala Asia U-19 2020 harus menjadi pertimbangan supaya mempertahankan posisinya sebagai pelatih kepala..
Menurut dia, kalau memang PSSI mau melakukan evaluasi harusnya menunggu setelah Piala Asia U-19 2020. Pengurus, kata Fakhri bisa memberikan target setingginya kalau memang mau mengukur kapasitas jajaran pelatih. "Contohnya target juara, kan jelas patokannya," kata dia.
Fakhri mengatakan bahwa sikapnya mudah-mudahan bisa mewakili sikap pelatih lokal yang kadang diremehkan kualitasnya oleh pengurus PSSI. Menurut dia, penolakannya sebagai asisten tidak bermaksud mengurangi rasa hormatnya kepada Shin Tae-yong. "Saya bekerja dengan pelatih asing malah bagus, justru saya bisa dapat ilmu. Saya pernah jadi asisten Sergei Dubrovin. Saya pernah jadi asisten Peter White juga," kata dia.
Penolakannya menjadi asisten pelatih timnas, kata Fakhri Husaini, bukan berarti sebuah sikap yang tidak nasionalis. Menurut dia, selama ini pelatih lokal yang bekerja sama dengan PSSI tidak pernah negosiasi perihal fasilitas yang diberikan dalam kontrak seperti aparemen maupun mobil. "Kami tidak pernah biacara itu. Kami hanya mau bekerja untuk bangsa dan negara," kata dia.
IRSYAN HASYIM