TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang laga usai, Mohamed Salah mendapat bola dari kiper Liverpool, Alisson Becker. Dia pun segera berlari secepat angin. Separuh lapangan dia lahap dengan cepat.
Daniel James adalah pemain Manchester United yang paling dekat dengannya saat para pemain lain mengumpul di gawang Becker. James—yang larinya kencang—berusaha menghentikannya, tapi gagal.
Salah pun kian dekat dengan gawang yang dijaga David de Gea. Bencana buat United. Kiper Spanyol itu takluk. Bola masuk ke gawangnya, melewati kedua kakinya.
Anfield bergemuruh. Akhir yang dramatis, akhir yang manis untuk pendukung The Reds. Mereka menang 2-0.
Gol yang punya banyak arti bagi Salah. Ini pertama kalinya dia bisa menjebol gawang United setelah dalam empat kesempatan sebelumnya selalu gagal.
Pemain Liverpool, Mohamed Salah. Reuters
Lebih penting dari itu, gol tersebut juga membuat mereka menempuh separuh perjalanan menuju juara Liga Primer musim ini. Mereka unggul 16 poin atas Manchester City, saingan terdekat.
“Kami menikmati momen ini dan semoga kami berakhir seperti ini,” kata Salah.
Mempersembahkan gelar juara adalah mimpi Salah ketika meneken surat kontrak pada 22 Juni 2017. “Saya ingin memenangi gelar bersama klub ini,” ujarnya ketika itu.
Mimpi itu sudah terbayar. Tiga gelar pada tahun ini sudah dia dapatkan. Liga Champions, Piala Super, dan Piala Dunia Antarklub.
Namun, menurut dia, satu yang paling terpenting. “Liverpool sudah sangat lama tidak memenangi Liga Primer,” ucapnya.
Sejak bergulir pada 1992, mereka belum pernah sekali pun menjadi juara. Padahal, di era Divisi Satu Liga Inggris, mereka adalah pengumpul gelar terbanyak.
Pada musim 2013/2014, mereka hampir mendapatkannya. Pada laga akhir, mereka terpeleset ketika kalah oleh Chelsea. Gelar yang sudah di depan mata itu terbang ke City.
Kali ini kesempatan mereka terbuka. Separuh jalan sudah mereka tempuh dengan baik. Andai saja terwujud, tentu nama Salah akan teramat harum.
Namun tak mudah bagi Salah untuk menjadi pemain hebat seperti sekarang. Tak berbeda dengan Sadio Mane—yang berasal dari Senegal—Mohamed Salah juga menempuh jalan panjang dan berliku.
Penyerang Liverpool Mohamed Salah, melakukan selebrasi bersama rekannya Alisson setelah mencetak gol ke gawang Manchester United dalam pertandingan Liga Inggris di Anfield, Liverpool, 19 Januari 2020. Liverpool berhasil kalahkan Manchester United 2-0. REUTERS/Phil Noble
Semua bermula dari Najrij, hampir berjarak 144 kilometer dari Kairo, ibu kota Mesir. The Athletics menulis, saat berusia 12 tahun, dia rela menempuh perjalanan jauh demi mewujudkan mimpi menjadi pemain sepak bola.
Saat itu, dia yang terpilih bergabung dengan Al Mokawloon—klub yang dimiliki perusahaan kontraktor terbesar di Mesir. Dalam seminggu, dia setidaknya harus berlatih tiga kali.
Karena itu, Salah biasanya diantar oleh ayah atau ibunya. Mereka menumpang sebuah kendaraan minibus yang melayani trayek Najrij hingga ke Ibu Kota Kairo.
Bukan perjalanan yang menyenangkan. Salah berlatih dalam keadaan lelah akibat diguncang minibus yang ditumpanginya.
Refaat Ragab, kepala pemandu bakat klub itu, kemudian mengubah kontrak Salah. Selain gajinya naik, dia tinggal di asrama. Di sana dia mendapatkan pendidikan, makanan, dan layanan kesehatan.
Tentu ada alasan bagi Reeo, panggilan Ragab, memberikan perbaikan kontrak itu. Salah—yang pertama kali dia lihat di klub sebelumnya, Othmason Tanta—adalah pemain yang teramat bagus.
“Akselerasinya,” kata dia. “Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana kecepatannya. Yang jelas, dia lebih cepat dari yang sekarang.”
Keistimewaan lainnya, dia memiliki kaki kiri yang teramat kuat. “Dia bisa menendang bola dengan kuat,” ujarnya.
Tak lama setelah menyaksikan kehebatannya, Reeo pun mengontak Arab Contractors—pemilik Al Mokawloon. “Kami harus berfokus pada dia,” Reeo menirukan peristiwa belasan tahun lalu itu.
Reeo tak keliru. Kehebatan Salah pun tercium ketika dia bermain untuk tim nasional Mesir U-23. Basel, klub asal Swiss, kesengsem oleh bakatnya saat mereka melakukan pertandingan uji coba.
Salah pun terbang ke Eropa untuk memulai langkah besarnya. Perjalanan kariernya sempat mencorong setelah dibeli Chelsea.
Namun, kariernya di Chelsea mandek. Pelatih Chelsea ketika itu, Jose Mourinho, menganggapnya pemalas. Salah dibuang ke Italia.
Peneyrang Liverpool Mohamed Salah, gagal mencetak gol ke gawang Manchester United dalam pertandingan Liga Inggris di Anfield, Liverpool, 19 Januari 2020. REUTERS/Phil Noble
Dengan status pemain pinjaman, dia membela Fiorentina. Lalu ia dipinjamkan lagi ke Roma. Di sana, permainannya cemerlang hingga akhirnya Juergen Klopp membawanya dengan membayar biaya transfer hingga 42 juta pound sterling.
Di Liverpool, Salah memberikan segalanya. Tentu termasuk aksinya mencetak gol setelah berlari melahap separuh lapangan itu.
Kecepatan seperti itu yang dilihat Mohamed Amer, 66 tahun, Manajer El Mokawloon, yang memberikan debut kepada Salah, belasan tahun silam.
“Saya suka petualangannya di lapangan. Dia memiliki kecepatan yang luar biasa,” katanya. “Dia selalu melakukan hal yang membuat saya sangat terkesan.”
Kini bukan hanya Amer, jutaan pasang mata lain pun terpesona oleh Mohamed Salah.
GOAL | SKYSPORTS | ASROMA | IRFAN B.