TEMPO.CO, Yogyakarta - Laskar Mataram PSIM Yogyakarta memastikan mulai bersiap untuk menyongsong musim kompetisi Liga 2 2020. Ketua Eksekutif PT PSIM Jaya, Bambang Susanto pun angkat bicara terkait evaluasinya pada musim 2019 dan hal hal yang jadi catatan sebelum memasuki musim kompetisi 2020.
“Musim lalu penuh dinamika suka dan duka. Jujur, saya sempat ingin mundur setelah insiden partai terakhir yang sangat memalukan dan memprihatinkan,” ujar Bambang dalam keterangannya Rabu 29 Januari 2020.
Insiden partai terakhir yang dimaksud kala PSIM menjamu Persis Solo di Mandala Krida pada Oktober 2019 silam. Dalam kekalahan tragis dengan skor 2-3 atas tamunya itu, suporter Laskar Mataram mengamuk dan melakukan berbagai perusakan hingga pembakaran kendaraan polisi.
Jurnalis yang meliput insiden itu tak luput dari intimidasi dan kekerasan dari pemain juga oknum suporter PSIM.
Komisi Disiplin PSSI pun akhirnya menjatuhkan sanksi berat bagi Laskar Mataram yakni PSIM harus menggelar laga kandang tanpa penonton dalam dua bulan pertama musim 2020 serta denda Rp 100 juta
“Saya tidak takut dengan rintangan atau pun kegagalan, karena itu bisa dijadikan pengalaman. Tapi, jika berkaitan dengan kekerasan, saya sungguh sulit menerimanya,” ujar Bambang.
Bambang menambahkan biasanya kekerasan terjadi karena provokasi. Namun, pada insiden terakhir laga itu, menurutnya semua begitu mudah lepas kontrol tanpa ada provokasi berarti sekali pun.
Ia pun mengajak seluruh pecinta PSIM berhenti mencari pembenaran atas tindakan yang dapat merugikan semua elemen klub. “Segelintir orang yang melakukan kekerasan dan pengrusakan, tetap akan mencoreng nama baik kita,” ujar Bambang.
Bambang berharap, semua pihak yang mencintai klub tersebut memiliki rasa memiliki yang tinggi, dan dibarengi keinginan untuk menjaga klub tersebut, sehingga sama-sama mencegah segala keburukan sekecil apa pun demi nama baik bersama. “Jadi, tidak ada lagi diam membiarkan keburukan, apalagi ikut membesarkan kerusuhan,” katanya.
Bambang pun meminta berbagai pihak pecinta PSIM bisa merenung dan mencari solusi supaya klub tersebut dapat makin maju dan bermartabat. “Sampaikan kritik, berikan protes, dengan cara yang lebih elegan tanpa ada kekerasan, apalagi pengrusakan,” kata dia.
Bambang mengatakan manajemen sangat terbuka untuk pecinta PSIM khususnya suporter. “Luangkan waktu untuk duduk bersama dan membicarakan keluh kesah melalui perwakilan kelompok yang ada,” katanya.
Bambang mengatakan musim kompetisi 2020 di depan mata. Saatnya pecinta PSIM Yogyakarta menjadi lebih baik dan bersama kembali membangun citra klub tersebut.
PRIBADI WICAKSONO