TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Liga Primer Inggris dikabarkan marah dengan rencana pengurus Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) untuk menambah kuota pemain lokal setelah Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa yang dikenal dengan tindakan Brexit.
Sebanyak 20 klub yang ada divisi tertinggi Liga Inggris, yaitu Liga Primer, sekarang masing-masing diperbolehkan menyertakan 17 pemain yang bukan berasal dari lokal Inggris dalam skuad 25 pemain yang dimiliknya. Tapi, FA sekarang dikabarkan menginginkan jatah untuk pemain bukan lokal itu dikurangi menjadi 13 orang.
Alasannya adalah FA melihat Brexit sebagai peluang untuk mempromosikan para pemain muda berbakat asal Inggris. Dengan adanya Brexit itu, para klub Liga Primer juga nantinya tidak bisa merekut para pemain di bawah usia 18 tahun dari negara-negara Uni Eropa ketika masa transisi Inggris untuk keluar dari Uni Eroa ini berakhir.
FA mengatakan mereka perlu mengurangi jatah alokasi pemain bukan dari Inggris demi mengembangkan kaderisasi pemain agar bisa semakin menyukseskan prestasi tim nasional di berbagai ajang kejuaraan internasional, terutama Piala Dunia dan Piala Eropa.
Tapi, menurut Mail, pengelola Liga Primer geram dengan rencana FA yang mereka sebut sebagai radikal dan sebuah proposal yang dinilai spekulatif.
Pengelola Liga Primer Inggris berpendapat tidak ada bukti bahwa rencana FA yang mereka protes itu bisa mendatangkan keuntungan buat tim nasional Inggris. Liga Primer Inggris ingin mempertahankan kuota 17 pemain dari mancanegara dan delapan pemain lokal dalam alokasi 25 pemain yang ditentukan untuk setiap klub di tim utamanya.
Pengelola Liga Primer Inggris khawatir jika FA melakukan kebijakan yang bersifat lebih protektif itu, kompetisi Liga Primer akan menurun kualitasnya dan berdampak pada performa klub-klub mereka di kejuaraan antarklub Eropa.
Pengurus FA dijadwalkan akan melakukan presentasi rencana baru sebagai dampak dari Brexit kepada perwakilan dari 20 klub Liga Primer dalam pertemuan pada 6 Februari 2020.
TALK SPORTS | DAILY MAIL