TEMPO.CO, Jakarta - Persiraja Banda Aceh mengalahkan PSMS Medan dengan skor 1-0 dalam laga uji coba menjelang kompetisi Liga 1 Indonesia musim 2020 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Jumat malam.
Satu-satunya gol kemenangan Persiraja diciptakan oleh Miftahul Hamdi pada menit ke-10.
Persiraja menurunkan tiga pemain asingnya, Bruno Dybal, Vanderlei Fransisco, dan Adam Mitter. Mereka mengawali pertandingan babak pertama dalam tempo lambat dan tampak membosankan. Bola lebih banyak dimainkan di tengah lapangan.
Begitu juga dengan PSMS Medan, lebih banyak bertahan. Sesekali mengandalkan serangan balik. Beberapa kali Ikhwani dan kawan-kawan merepotkan pertahanan Persiraja yang dikoordinir Adam Mitter.
Persiraja akhirnya mampu menjebol gawang PSMS Medan melalui kaki Miftahul Hamdi pada menit ke-10. Gol berawal dari umpan terobosan penyerang Persiraja asal Brasil, Vanderlei Fransisco.
Mantan pemain Bali United tersebut menyambutnya dengan baik serta melewati pemain belakang PSMS Medan. Dari sudut sempit di kiri gawang lawan, Miftahul Hamdi mengecoh penjaga gawang PSMS Abdul Rohim. Skor berubah menjadi 1-0 untuk Persiraja.
Persiraja mampu menciptakan beberapa peluang gol. Namun, kurangnya penyelesaian akhir klub peringkat tiga Liga 2 tersebut membuat papan skor tidak berubah hingga jeda.
Pada babak kedua, Persiraja mengganti sejumlah pemain, termasuk memainkan Samir Ahmed, pemain timnas Lebanon, menggantikan Vanderlei Fransisco.
Masuknya Samir Ahmed membuat serangan Persiraja lebih bervariasi. Namun, klub promosi Liga 1 tersebut, tetap tidak mampu membobol gawang PSMS Medan karena lemahnya penyelesaian akhir. Skor 1-0 bertahan hingga pertandingan usai.
Pertandingan uji coba tersebut selain untuk melihat permainan Persiraja menjelang kompetisi Liga 1, juga untuk melihat kesiapan Stadion Harapan Bangsa yang menjadi kandang Laskar Rencong tersebut. Masih banyak kekurangan dari stadion itu.
Pada pertandingan tersebut, penerangan lapangan rumput stadion belum merata. Beberapa bagian lapangan, terutama di sisi kiri dan kanan tidak begitu terang.
Kemudian, akses keluar penonton terutama di pintu tribune B sempit, sehingga menyebabkan penonton berdesak-desak saat keluar dari tribun.
Selain itu, penempatan wartawan tulis tidak representatif. Wartawan ditempatkan di posisi paling atas dari tribun, sehingga menyulitkan pandangan ke lapangan dan juga berbaur dengan penonton.
Penempatan posisi wartawan peliput juga tidak memiliki akses dari dalam stadion ke ruang konferensi pers dengan pelatih usai pertandingan seperti pertandingan resmi, baik Liga 2 maupun Liga 1
Jika ingin ke ruang konferensi pers, wartawan tulis harus keluar dari tribun terlebih dahulu. Dengan adanya ribuan penonton, akses ke ruang konferensi memakan waktu lebih dari setengah jam.