TEMPO.CO, Yogyakarta - PSS Sleman menggelar pertandingan kandang pertamanya di Liga 1 2020 dengan hasil mengecewakan, yaitu hanya bisa meraih hasil 0-0 melawan Tira Persikabo, Minggu 8 Maret di Stadion Maguwoharjo.
Namun, ada hal lain yang bisa lebih mengecewakan yakni kosongnya tribun selatan Stadion Maguwoharjo. Hanya segelintir suporter Sleman di tribun utara yang masih bersemangat dengan genderang dan yel yelnya.
Tribun selatan sendiri biasanya dipenuhi suporter PSS Sleman dari ordo Brigata Curva Sud (BCS). Ribuan BCS biasanya akan meriuhkan suasana stadion sepanjang laga dengan deretan teriakan penyemangatnya bagi Super Elang Jawa.
Namun suporter yang dikenal dengan kostum hitamnya itu belakangan terus menggelar aksi boikot lantaran belum adanya titik temu dengan perwakilan manajemen serta investor anyar terkait delapan tuntutan yang sebelumnya telah diajukan. Selain tribun selatan, tribun barat, timur dan utara juga tak tampak penuh.
Padahal dalam laga kandang perdana ini panitia pelaksana pertandingan PSS Sleman telah mencetak tiket dengan jumlah yang cukup besar yakni 15 ribu lembar tiket. Masing-masing tiket dibanderol dengan harga tribun hijau (utara) Rp 35 ribu, tribun timur Rp 60 ribu, barat Rp 80 ribu, dan anak-anak Rp 25 ribu.
Pelatih anyar PSS Sleman Dejan Antonic sebelumnya angkat bicara soal ancaman boikot itu sehari sebelum laga. Walau sebenarnya bukan ranahnya, Dejan menuturkan sebagai pelatih, orang tua dan teman, ia sadar benar suporter di manapun penting untuk menjaga semangat tim.
"Boikot atau tidak kami harus tetap beri semangat pemain. Suporter penting untuk kami, semoga kami tetap bisa kerja sama seperti dulu, karena suporter itu pemain ke-12," ujarnya. Dejan Antonic mengingatkan pula bahwa PSS Sleman saat ini banyak bermateri pemain muda. "Kalau tidak ada dukungan tentu berat," ujar Dejan.
PRIBADI WICAKSONO