TEMPO.CO, Jakarta - Penyerang Inter Milan, Romelu Lukaku, hingga saat ini masih menjalani isolasi di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 yang kini melanda seluruh dunia. Pemain yang bergabung ke Inter dari Manchester United pada musim panas lalu ini mengurung diri di apartemennya di Milan dan tidak bisa bertemu dengan keluarga.
Italia menjadi negara yang paling terkena dampak di dunia, saat ini korbannya telah melampaui Cina yang merupakan tempat asal mula virus corona pada Desember 2019. Jumlah kematian akibat corona di Italia baru-baru ini naik menjadi 3.405. Di Cina, korban yang meninggal sekitar 3.200.
Lukaku telah menjalani masa karantina sendirian selama 10 hari. Penyerang asal Belgia itu pun mengungkapkan kerinduannya pada ibu, putra, dan saudara laki-lakinya.
Dalam sebuah wawancara dengan mantan pemain Liga Inggris, Ian Wright, ia berkata, "Saya merindukan kehidupan biasa. Bersama ibu dan putra saya, juga dengan saudara lelaki saya dan orang-orang di luar. Saya memikirkan semua orang."
Ia mengungkapkan betapa sulit melewati hari-hari sendirian di Milan. "Ini buruk. Anda tidak bisa berhubungan dengan manusia. Saya rindu latihan dan bermain di depan para penggemar. Sekarang Anda mulai menghargai apa yang Anda miliki," tuturnya.
Ia menambahkan, "Anda harus sangat berhati-hati karena Anda mungkin menyentuh seseorang dan mereka mungkin terkena virus."
"Ibu saya menderita diabetes dan mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapat masalah ketika mereka mendapatkannya. Jadi saya tidak bisa pulang dan menyentuhnya."
"Ibu saya bahkan tidak keluar sekarang. Dia hanya pergi ke halaman belakang atau larut malam dia berjalan dan kemudian dia kembali."
Lukaku mengungkapkan klubnya telah mengorganisir sepeda dalam ruangan dan treadmill sehingga para pemain di tim utama dapat menjaga kebugaran mereka selama menjalani isolasi akibat virus corona.
"Saya tidak bisa keluar, saya tidak bisa berlatih. Sudah sembilan hari. Mereka (Inter) memberi saya sepeda karena para pemain tinggal di pusat kota di apartemen kecil," ujarnya.
"Saya tidak punya ruang sehingga dalam obrolan kelompok, mereka berkata kepada para pemain 'yang tidak memiliki sepeda atau treadmill di rumah' - jadi ada banyak pemain seperti 'saya, saya, saya, saya saya'. Dua jam kemudian mereka membawakan setiap pemain sepeda. "
MIRROR