TEMPO.CO, Jakarta - Kecemasan mencengkeram Mamur Ikramov, 37 tahun. Hati kiper klub Khujand asal Uzbekistan itu tak tenang atas apa yang terjadi di negerinya. Di sana, ada kasus 205 orang yang positif terkena virus corona atau Covid-19.
“Saya tidak tenang. Yang saya takutkan adalah teman-teman saya, keluarga, dan saudara-saudara lainnya,” kata dia, Jumat lalu.
Namun, Sabtu lalu, dia harus membuang ketakutan itu. Dia mesti turun ke lapangan bekerja untuk klub yang menggajinya, Khujand.
Akhir pekan lalu, mereka bertarung melawan Istiklol dalam laga Piala Super Tajikistan, di Stadion Central Republican, Dushanbe. Khujand, yang menjadi runner-up musim lalu, harus bertanding melawan Istiklol, sang juara.
Pertempuran di antara dua klub terhebat di Tajikistan itu sekaligus menjadi pembuka Liga Tajik--divisi utama atau liga utama di negeri itu--yang mulai berlangsung kemarin.
Hasil yang tak bagus untuk Ikramov. Dalam laga yang digelar tanpa penonton tersebut, mereka takluk 1-2 oleh Istiklol--juara Liga Tajik enam kali berturut-turut. Istiklol pun tetap menjadi yang terhebat di negeri bekas Uni Soviet itu.
Mengikuti jejak Belarus, Nikaragua, dan Burundi, pemerintah dan penyelenggara liga di Tajikistan tetap menggelar liga sepak bola utama mereka. Alasannya, tak ada kasus Covid-19 di sana.
“Anda tahu kejuaraan di berbagai negara dihentikan akibat pandemi virus corona,” kata manajer Istiklol, Vitaliy Levchenko, saat konferensi pers, Jumat lalu. “Bersyukur kepada Tuhan, di Tajikistan tidak ada kasus corona. Musim baru pun dimulai.”
Meski begitu, Kementerian Kesehatan Tajikistan memperingatkan kepada penyelenggara kompetisi untuk menggelar semua laga di dalam stadion tertutup. Tak ada satu pun penonton yang membayar karcis hadir di sana.
“Kami memahami situasi yang terjadi di dunia saat ini. Kami mendukung apa yang dilakukan oleh federasi,” kata manajer Khujand, Nikola Lazarevic. “Bermain di stadion kosong adalah cara kami melindungi kesehatan kami.”
Pertandingan sepak bola Liga Tajikistan antara FC Lokomotiv-Pamir v FC Fayzkand yang digelar saat terjadi wabah global virus corona (COVID-19). di Dushanbe, Tajikistan, Ahad, 5 April 2020. REUTERS/Nozim Kalandarov
Seperti halnya Belarus, sepak bola di negeri ini tidaklah hebat. Negara yang baru berdiri pada 1992 ini tidak pernah lolos ke putaran final Piala Dunia. Tampil di Piala Asia saja mereka selalu gagal.
Hasil terbaik yang diperoleh adalah saat menjadi juara Asian Challenge Cup pada 2006. Kejuaraan ini diikuti oleh negara-negara baru dalam sepak bola di kawasan Asia.
Pun dengan klub-klub asal negeri itu. Tak satu pun klub dari Tajikistan yang mencapai fase grup Liga Champions Asia. Januari lalu, Istiklol ditekuk oleh klub asal Arab Saudi, Al-Ahli, di babak play-off.
Ketimbang sepak bola, gushtigiri--olahraga gulat khas negeri itu--jauh lebih disukai orang-orang di sana. Bila kemudian penyelenggara liga di sana tetap menggelar liga pada saat pandemi ini, tentu ada sebabnya.
Federasi Sepak Bola Tajikistan berharap popularitas liga di negeri itu meningkat setiap pekan. Mereka berkaca pada apa yang terjadi di Belarus, yang menggelar liga sejak pertengahan Maret lalu.
Tak disangka, meski sepak bola Belarus bukan yang terbaik di Eropa, liga di negeri itu kebanjiran kontrak kerja sama dengan stasiun televisi di beberapa negara. Tercatat sepuluh stasiun televisi dari sepuluh negara, termasuk Rusia, Israel, India, dan Bulgaria, telah menandatangani kontrak untuk menyiarkan seluruh pertandingan di liga Belarus.
Di saat liga-liga di kebanyakan negeri dihentikan, para penggila bola pertandingan di Liga Belarus bisa menjadi hiburan.
“Tapi tentu saja terlalu awal untuk menyatakan bahwa itu akan terjadi,” kata seorang pejabat federasi sepak bola di sana. “Liga baru akan berlangsung pekan ini, kita lihat apa yang akan terjadi.”
Hak siar pertandingan di Liga Tajikistan dimiliki oleh Varzish TV, saluran olahraga milik pemerintah, dan TFF Futbol, yang dimiliki oleh federasi sepak bola di sana.
Untuk saat ini, mereka memang belum mendapatkan kontrak dengan stasiun televisi lain. Tapi, seperti kata pejabat federasi itu, tidak mustahil aksi para pemain di sana akan menarik perhatian penonton dari negeri lain.
Dalam pekan-pekan ke depan, sepuluh tim yang bersaing di Liga Tajik akan saling terkam untuk menjadi pemenang. Para pemain klub--42 di antaranya dari luar Tajikistan; 20 berasal dari Uzbekistan dan 10 pemain dari Ghana--untuk sementara bisa menjadi bintang saat Lionel Messi dan bintang lapangan lainnya absen di lapangan.
GUARDIAN | REUTERS | IRFAN B.