TEMPO.CO, Jakarta - Juventus yang terkenal dengan julukannya, Si Nyonya Tua, mengeluarkan dana 75 juta euro atau sekitar Rp 1,28 triliun untuk merekrut Matthijs de Ligt, pemain berusia 19 tahun dari Ajax. Tapi, ia kemudian dengan cepat kerap melakukan kesalahan fatal di jantung pertahanan tim.
“Satu-satunya hal yang sulit di awal adalah sudah ada begitu besar perhatian kepada saya. Pada pertandingan kedua saya, saya mencetak gol bunuh diri,” kata De Ligt.
“Lalu ada tekanan yang lebih besar lagi, tetapi saya tahu dalam latihan, saya merasa baik. Dalam pertandingan masih ada sedikit adaptasi. Pada awalnya itu sulit, tetapi langkah demi langkah saya membaik.”
Matthijs de Ligt juga mengungkapkan ada sedikit masalah ketika ia pertama kali pindah dari Ajax ke Juventus.
“Pertama-tama saya datang terlambat ke klub karena ada masalah antara Ajax dan Juventus. Saya langsung pergi ke Asia dan bahkan tidak pernah berlatih. Saya harus bermain dua hari kemudian, melawan Tottenham, dan setelah 20 menit saya tidak bisa bernapas.”
“Kami juga bermain (di Juventus) dengan lebih banyak mengandalkan penjagaan daerah dan awalnya saya bermain dengan pola penjagaan perorangan (seperti di Ajax). Saya harus terbiasa dengan ini, kapan harus menekan dan kapan harus bergerak mundur. Jadi itu sedikit berbeda,” jelas Matthijs de Ligt.
Yang dimaksud De Ligt adalah tipe permainan zonal marking dan man-to-man. Dalam konsep sepak bola yang pertama itu, untuk menghadapi lawan mereka mengandalkan penjagaan daerah permainan dan yang kedua mengandalkan penjagaan ketat terhadap setiap pemain lawan.
“Saya seorang pemain yang ingin menang dan memberikan contoh kepada pemain lain,” Matthijs de Ligt melanjutkan.
"Saya ingat pergi ke kamar mandi dan orang-orang mengatakan itu tidak bisa dipercaya. Sepertinya ada magnet di lenganku!
“Situasi terbaik untuk menjelaskan nasib buruk saya adalah penalti yang saya lalukan terhadap Jerman. Bola jatuh, saya mendongak, dan tiba-tiba saya melihatnya menyentuh lengan saya.”
"Ketika saya tahu saya melakukan kesalahan atau handball, saya bukan tipe pria yang marah jika seseorang mengatakan sesuatu. Saya suka membuat lelucon tentang itu," kata mantan bintang muda Ajax Amsterdam itu.
FOOTBALL ITALIA