TEMPO.CO, Jakarta - Abdul Aziz kini menjadi salah satu andalan Persib Bandung. Namun, pemain berposisi gelandang itu mengakui, perjuangannya untuk meraih posisi saat ini tak mudah. Ia harus berjuang dan bekerja keras, juga berkorban untuk meraih impiannya itu.
Aziz mengaku selalu ingat bagaimana usahanya saat masih menimba ilmu di sekolah sepak bola. Untuk bisa berlatih, dia harus mengayuh sepeda kurang lebih 12 km dari rumahnya di Baleendah.
"Salah satu perjuangan dulu adalah harus bersepeda dari rumah ke lapangan Tegalega, seminggu tiga kali. Walau sesekali pernah juga diantar orangtua. Kalau diingat lagi, sedih juga," kata Aziz, seperti dikutip laman Persib.
Pemain bernomor punggung 8 ini harus merasakan jauh dari keluarga untuk mencapai cita-citanya. Tiga tahun merantau dari Bandung, Aziz baru bergabung dengan Persib pada Liga 1 2019.
"Perjuangan lainnya mungkin harus berkorban jauh dari keluarga, merantau dulu ke luar Bandung tiga tahun. Perjuangan terus sampai saat ini," kata dia.
Pemain 26 tahun itu tumbuh di tim junior Persib bersama Febri Hariyadi dan Gian Zola. Ia bahkan menjadi kapten tim dalam tim junior Persib maupun di tim PON Jabar 2016.
Namun, kedua Febri dan Zola lebih dahulu muncul sebagai idola bobotoh. Perjuangan Aziz justru lebih sulit untuk berkarier di tim profesional. Jika Febri dan Zola mampu promosi karena faktor kebutuhan pemenuhan regulasi kompetisi yang diberlakukan musim 2017, maka Aziz harus membunuh harapan itu lantaran usianya saat itu sudah melebihi U-22.
Sempat melanglang-buana ke kompetisi futsal bersama FKB Bandung dan Libido FC, Aziz mulai berpetualang mencicipi kompetisi tertinggi Indonesia dengan melakukan debut di Persiba Balikpapan musim 2016. Di bawah tangan Jaino Matos --pelatih yang pernah menanganinya di Diklat Persib-- Aziz hampir selalu menjadi pilihan utama.
Demi mengembangkan kariernya, Aziz berlabuh ke klub Kalimantan Timur lainnya Borneo FC musim 2017. Potensi besarnya masih belum keluar karena sering dibangku cadangkan. Walau demikian Bobotoh tetap menantikan Aziz berkostum Maung Bandung, namun sang pemain selalu menjawabnya: "Belum pantas," katanya.
Musim 2018 jadi masa-masa sulit Aziz. Ia menangguk menit bermain yang banyak berlimpah di PSMS Medan yang saat itu ditangani Djadjang Nurdjaman. Sayang PSMS harus turun kasta ke Liga 2 yang membuat pemain dipenuhi rasa beban dan salah.
Siapa sangka, selama tiga musim ia merajut asa kariernya untuk lebih baik, ia dibidik klub tanah kelahiran dan kebanggaannya Persib Bandung. Ia diresmikan bergabung dengan Persib pada 2019 setelah manajemen ingin mengembalikan pemain-pemain binaannya yang punya potensi demi peremajaan materi di tim.
Perpindahan tangan pelatih dari Miljan Radovic ke Robert Alberts sedikit membuat Aziz kembali harus beradaptasi. Namun, setelah adaptasi lancar, aksi-aksi magisnya di lapangan sempat membuat decak kagum Bobotoh, sejak musim lalu.
Namun, Aziz menyadari jika dia masih belum maksimal. Ia memegang prinsip legenda Persib Adjat Sudrajat yang menyampaikan bahwa 'Pujian adalah racun'. Ia berusaha terus membumi.
"Pujian yang Aziz tanggapi positif saja, yang penting jangan berpuas diri dulu karena Persib masih berusaha untuk berada di papan atas. Tetap rendah hati tetap bermain maksimal saja dan bekerja keras," kata dia kala itu.
PERSIB.CO.ID