TEMPO.CO, Jakarta - Bek Liverpool Virgil van Dijk mengungkapkan alasannya memutuskan bergabung Liverpool ketimbang Manchester City. Sebelum akhirnya merapat ke Anfield pada Januari 2018, pemain tim nasional Belanda itu masuk radar perburuan City.
Van Dijk diboyong ke Liverpool dengan nilai transfer senilai 75 juta pound sterling dari Southampton. Angka itu memecahkan rekor termahal untuk seorang bek.
Pemain kelahiran Breda, Belanda, 8 Juli 1991, itu mengungkapkan dirinya mempertimbangkan sejumlah faktor sebelum memutuskan bergabung dengan Liverpool. Gaya bermain The Reds dan penggemarnya yang bergairah menjadi bagian dari faktor penting dalam keputusannya itu.
Keputusan Van Dijk tak salah. Hanya enam bulan setelah kepindahannya dari Southampton, Liverpool di bawah Jurgen Klopp berhasil mencapai final Liga Champions 2018.
"Sebelum saya membuat keputusan memilih Liverpool, saya melihat semua aspek klub; cara bermain, rekan satu tim, dan juga masa depan tim," katanya kepada BT Sport. "Kota ini, para penggemar semuanya, harus menjadi bagian besar dari tim."
"Saya pikir bergabung dengan Liverpool pada waktu adalah keputusan yang tepat dan jelas. Mencapai final Liga Champions dalam enam bulan pertama saya, jelas merupakan bonus besar dan banyak membantu dalam perkembangan saya."
Sejak mereka kalah dari Real Madrid di Kiev, Liverpool semakin kuat dan menjadi juara Eropa pada Juni tahun lalu. Setelah itu, Van Dijk dan rekan-rekannya bersiap memenangkan gelar Liga Primer jika musim ini dilanjutkan.
Virgil van Dijk menjadi salah satu pemain penting bagi Klopp. Ia mengaku perlu beradaptasi dengan metode pelatihan manajer Jerman saat kedatangannya ke Liverpool.
"Sejujurnya, dalam enam bulan pertama saya bergabung, kami memiliki lebih banyak sesi pelatihan," ucapnya.
"Itu intens, ada banyak hal berbeda yang akan diminta dari saya. Saya menikmatinya, saya sangat menikmatinya - kerja keras, diskusi yang saya lakukan dengan pemain tertentu tentang cara Liverpool, cara kita, mainkan."
"Manajer menuntut banyak dari saya dan itu semua membantu saya menjadi pemain seperti saya hari ini, banyak pekerjaan taktis, banyak pemikiran."
"Jelas sebagai pemain bertahan kami berusaha menjaga garis tinggi, mencoba untuk membuat lawan di bawah tekanan setiap saat. Kamu kadang-kadang meninggalkan banyak ruang sehingga kamu harus menghadapinya juga."
MIRROR