TEMPO.CO, Yogyakarta - Klub Liga 1 2020, PSS Sleman, berulang tahun ke-44 pada Rabu, 20 Mei 2020. Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, tim berjuluk Super Elang Jawa ini masih tetap utuh meski para pemain dipangkas gajinya sebagai dampak dari dihentikannya kompetisi.
"Belum ada pemain yang sampai mundur selama kompetisi dihentikan. Komunikasi kami dengan pemain terus berjalan baik,” ujar Direktur PT Putra Sleman Sembada (PSS), Hempri Suyatna, saat dihubungi Tempo, Rabu, 20 Mei 2020.
Manajemen memastikan klub tetap membayarkan gaji para pemain meski jumlah gajinya dipangkas. PSS mengaku patuh dengan instruksi PSSI, yaitu memberikan gaji sebesar 25 persen dari nilai kontrak untuk Maret hingga Juni.
“Untuk gaji pemain pada bulan Maret kami masih bayarkan penuh 100 persen. Namun, untuk April sampai Juni, kami baru ikuti arahan dari PSSI dengan membayar sebesar 25 persen gaji mereka,” ujarnya.
Terkait ulang tahun PSS yang ke-44 tahun ini, Hempri berharap klub ini semakin dekat dengan mimpinya yakni berlaga di level Asia. Karena itu, manajemen berharap dukungan dari berbagai pihak khususnya suporter tetap terjaga, baik dari ordo Brigata Curva Sud atau BCS maupun Slemania.
”Kami butuh dukungan suporter, harapannya jika kompetisi bergulir nanti suporter bisa kembali memberikan dukungan,” ujarnya.
PSS Sleman mengawali kompetisi Liga 1 musim 2020 ini dengan jalan tak mulus. Aksi boikot suporter, khususnya dari ordo BCS. Dampaknya, laga kandang yang digelar sepi penonton.
Salah satu pendorong boikot suporter itu dipicu karena tak diperpanjangnya kontrak mantan pelatih kepala PSS Sleman Seto Nurdiyantoro. Mayoritas suporter menganggap Seto adalah orang yang berjasa dalam kebangkitan PSS Sleman saat mengarungi liga hingga Laskar sembada bisa naik dan bertahan di kasta tertinggi Liga 1.
PRIBADI WICAKSONO