TEMPO.CO, Jakarta - Eks penyerang Chelsea, Didier Drogba, mengungkapkan cerita dibalik layak kesuksesan mereka menjuarai Liga Champions musim 2011-2012. Pemecatan Manajer Andre Villas-Boas menjadi titik balik perjalanan Chelsea saat itu.
Villas Boas dipecat Chelsea pada Januari 2012 setelah mereka menjalani setengah musim yang cukup buruk. Suasana ruang ganti pun sempat tak kondusif karena para pemain saling menyalahkan.
Drogba menyatakan bahwa setelah pemecatan Villas-Boas, seluruh pemain Chelsea mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan itu mereka sepakat bahwa mereka merupakan salah satu penyebab utama dipecatnya Villas-Boas.
Suasana ruang ganti yang sebelumnya beku pun mencair. Mereka lantas bertekad mati-matian untuk memenangkan gelar juara Liga Champions yang merupakan satu-satunya peluang mereka meraih trofi juara saat itu setelah tertinggal cukup jauh di kompetisi domestik.
"Kapten berbicara, pemimpin grup lain dalam tim berbicara juga. Kami memutuskan akan memberikan segalanya untuk memenangkan kompetisi ini, meskipun kami saat itu tertinggal 4-1 dari Napoli (pada babak 16 besar)," kata Drogba.
Baca juga:
"Kami telah mencoba meraih gelar juara kompetisi ini selama delapan tahun dan hasil terbaik kami hanya berada di posisi kedua. Semua orang sepakat untuk mengenyampingkan ego masing-masing dan menantang satu sama lain untuk satu tujuan."
Drogba pun menyatakan sempat berbicara dengan Juan Mata setelah pertemuan itu. Dia memohon kepada Mata untuk membantunya memenangkan trofi tersebut.
"Setelah pertemuan saya meminta kepada Juan Mata yang baru berusia 23 tahun,'tolong Maestro, tolong saya memenangkan Liga Champions,' dia kemudian melihat saya dan berkata,'kamu gila, kamu adalah Didier Drogba, kamu akan membantu saya memenangkan ini'," cerita Drogba.
"Kemudian saya mengatakan kepada dia bahwa saya sudah delapan tahun berada di Chelsea dan belum pernah memenangkan ini, jadi saya yakin bahwa dia adalah orang yang akan membantu kami memenangkan gelar ini. Saya bahkan berjanji untuk memberikan hadiah kepadanya jika kami menang, itu terjadi pada akhir Februari," kata dia.
Bersatunya seluruh pemain Chelsea itu membuahkan hasil. Mereka berhasil membalikkan keadaan dengan menang 1-4 atas Napoli pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions. Chelsea pun akhirnya lolos ke babak delapan besar untuk menghadapi Benfica.
Setelah melewati Benfica, Chelsea harus menghadapi kandidat kuat juara Liga Champions musim itu, Barcelona. Pada laga pertama di Stadion Stamford Bridge, Drogba menjadi penentu kemenangan Chelsea dengan gol semata wayangnya.
Chelsea pun akhirnya berhasil lolos ke partai final setelah pada laga kedua berhasil menahan imbang Lionel Messi cs 2-2 di Stadion Camp Nou. Dua gol Sergio Busquets dan Andres Iniesta dibalas oleh Ramires dan Fernando Torres.
Pada partai final Drogba mengaku hampir menangis setelah Bayern Munchen unggul 0-1 lewat gol Thomas Muller pada menit ke-7. Juan Mata pun sempat mendekatinya dan meminta kepadanya untuk tetap percaya bahwa mereka masih memiliki peluang.
"Saya hampir menangis ketika melihat papan skor dan berkata, 'percaya pada apa?' Pertandingan ini hampir berakhir, saya akan menangis seperti beberapa bulan lalu ketika saya kalah di final Piala Afrika bersama Pantai Gading."
Pernyataan Mata kepada Drogba itu terbukti. Pada menit ke-88 Chelsea mendapatkan tendangan pojok pertamanya pada laga itu. Mata yang mengambil tendangan pojok mengirimkan bola tepat ke kepala Drogba yang akhirnya menyamakan kedudukan.
"Tebak siapa yang mengambil tendangan pojok itu... dan sisanya adalah sejarah. Pelajarannya adalah Selalu yakin!!!"
"Selamat Ulang Tahun ke-8 bagi kami," kata Drogba.
Skor 1-1 itu pun bertahan hingga babak tambahan usai dan pertandingan harus dilanjutkan dengan adu penalti. Chelsea meraih gelar juara setelah dua penendang terakhir Bayern Munchen gagal menyarangkan bola. Didier Drogba pun menjadi penentu sukses Chelsea untuk pertama kalinya meraih trofi Liga Champions.
DAILY MAIL