TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok klub Liga Primer Inggris, yang dipimpin Liverpool, akan menentang pembayaran rabat atau potongan harga sebesar 330 juta pound sterling atau sekitar Rp 5,98 triliun untuk Sky dan perusahaan penyiaran televisi lain dalam pertemuan hari ini, Kamis 28 Mei 2020.
Padahal, pengurus Liga Primer Inggris sudah merekomendasikan bahwa 20 klub anggotanya mesti menerima penetapan tersebut.
Kelanjutan Liga Primer Inggris 2019-2020 yang akan berlangsung tanpa penonton dan mulurnya jadwal musim ini dari kesepakatan dalam kontrak, dinilai akan menurunkan mutu siaran atau tayangan televisi.
Liga Primer Inggris dihentikan sejak 13 Maret lalu dan kelanjutannya bisa mulur sampai Agustus. Padahal, di era normal, setiap musim baru berlangsung dari Agustus sampai musim panas berikutnya, Juni.
Hal-hal ini yang menjadi dasar dari para mitra perusahaan penyiaran televisi untuk meminta rabat.
Adapun Sky adalah perusahaan penyiaran utama dengan hak untuk menampilkan tayangan langsung 128 pertandingan musim ini. Diikuti BT Sport dengan 53 pertandingan dan Amazon dengan 20 laga.
Karena ketentuan hak, 50 persen dari uang dibagi rata, dengan 25 persen diberikan untuk penampilan langsung dan 25 persen bergantung posisi sebuah klub pada akhir liga musim ini.
Ini berarti enam klub teratas di Liga Primer Inggris harus membayar lebih banyak, yaitu masing-masing sekitar 30 juta pound, dibandingkan 14 klub di bawahnya, yaitu sekitar 10,75 juta pound.
Para perusahaan penyiaran televisi itu telah menyarankan pembayaran yang mengejutkan dari rabat selama dua musim berikutnya, dengan alasan untuk membantu klub yang terkena pandemi secara finansial.
Ketua Liverpool, Tom Werner, mempertanyakan rabat pada pertemuan sebelumnya dengan eksekutif Liga Primer Inggris. Dia akan melakukannya lagi ketika pertemuan dimulai pada Kamis ini.
GUARDIAN | ESPN SOCCERNET | LIVERPOOL FC