TEMPO.CO, Jakarta - Bisakah divisi tertinggi di Liga Indonesia dan liga-liga di bawahnya digelar lagi serta apalah Piala Dunia U-20 tetap bisa dilaksanakan di Indonesia pada 2021?
Sejauh ini, seperti aman-aman saja, dengan pengurus PSSI sudah menghadap Menteri Pemuda Olahraga pada masa pandemi virus corona dan menyinggung soal lanjutan persiapan pergelaran Piala Dunia U-20 pada 2021 di Indonesia.
PSSI juga di situs mereka menjamin bahwa mereka sedang mengusahakan solusi terbaik buat Liga 1 musim ini yang baru menjalani sejumlah pertandingan ketika pandemi datang dan Liga 2 yang baru dimulai.
Tapi, bila melihat begitu dahsyatnya efek pandemi virus corona ini buat kegiatan olahraga di dunia dan betapa sudah jauh langkah Liga Primer Inggris (EPL) dalam proyek Restart mereka, sebagaimana Liga Italia dan La Liga jatuh-bangun merumuskan konsep, di Liga Indonesia terkesan masih adem ayem saja.
Baru pembicaraan tahap awal di sini, ketika 20 klub di Liga Primer Inggris dan pengelolanya sudah habis-habisan berdebat, bertengkar, dan merumuskan langkah-langkah protokol kesehatan yang nyata.
Menteri Kebudayaan Inggris yang membawahi semua kegiatan keolahragaan di sana sudah melakukan sejumlah langkah-langkah penting untuk memberikan rujukan buat Liga Primer dalam melaksanakan proyek Restart mereka.
Di sini, tentu saja kita berharap ada langkah yang jauh lebih progresif dari kementerian terkait bagaimana sebaiknya menyikapi pandemi virus corona dan wujud nyata dari protokol kesehatan. Ini yang dibutuhkan lebih dari sekadar anjuran agar Liga Indonesia mengikuti langkah-langkah Bundesliga Jerman.
Padahal kegiatan olahraga di sini tak hanya sepak bola, ada sirkuit bulu tangkis, bola voli, liga bola basket, dan lainnya.
Jika Olimpiade Musim Panas Tokyo yang digeser dari 2020 ke 2021 kini disiapkan bisa batal jika pandemi virus corona masih susah diatasi, kemudian pergeseran sepak bola Piala Eropa, Euro 2020 ke 2021, tentu naif kalau dibilang tidak ada kaitannya dengan agenda Piala Dunia U-20 2021 di Indonesia.
Liga Primer Inggris yang mengalami revitalisasi sejak 1992 tentu tidak bisa dibandingkan setara dengan PT Liga Indonesia Baru yang mengelola Liga 1, Liga 2, dan jajaran di bawahnya. Tapi, pandemi virus corona ini memerlukan antisipasi yang sigap dan sangat profesional untuk memutuskan menyudahi atau melanjutkan lagi liga musim 2020 ini.
Sementara di sisi lain, PT Liga Indonesia Baru baru disibukkan untuk memilih sejumlah pengurus baru karena beberapa orang di antara mereka mengundurkan diri. Saat ini sudah memasuki Juni. Cukupkan kompetisi digelar beberapa bulan?.
Padahal, pasar sepak bola nasional itu sangat tinggi, lepas dari perdebatan kualitasnya.
Media The Guardian dalam pekan ini menggangkat profil pemain bek tengah asal Inggris, Adam Mitter, 27 tahun, yang menjadi kapten Persiraja Banda Aceh di Liga 1 2020 sebelum dihentikan karena pandemi.
Setelah bermain di Swedia, India, Filipina, Kanada, dan Singapura sejak meninggalkan Inggris setelah membela Blackpool dam Hibernian, Mitter berlabuh di Indonesia dan menikmati gairah sepak bola yang tinggi dari para suporternya.
Sebab, ketika Mitter sedang berjalan-jalan di Banda Aceh, semua orang mengenalnya sebagai pemain dan kapten Persiraja. Namanya juga ramai diperbincangkan di jejaring medial sosial. “Ini benar-benar seperti seorang pemain Liga Primer Inggris,” katanya.
Carlton Cole, Michael Essien, dan Danny Guthrie contoh sejumlah pemain Inggris yang lebih dulu bermain di Liga Indonesia.
“Dari pengalaman dengan para suporternya, Indonesia sejauh ini yang terbaik. Setiap stadion penuh, 40 ribu sampai 50 ribu, setiap pertandingan. Benar-benar seperti bermain di Liga Primer Inggris,” kata Mitter.
Sementara pasar bernama suporter itu yang sedang disiasati terus-menerus oleh Liga Jerman, Liga Italia, Liga Spanyol, dan Liga Primer Inggris dengan dukungan “kemenpora” masing-masing dalam era new normal di stadion yang kosong, otoritas olahrara di sini terkesan tak perlu tergopoh-gopoh untuk melakukan langkah antisipatif.
Jadi, bagaimana, mau bikin proyek Restart seperti Liga Primer Inggris atau menyudahi Liga Indonesia musim ini seperti Eredivisie Belanda dan Ligue 1 Prancis?