TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pemotongan gaji kepada pelatih, pemain dan seluruh anggota tim klub Liga 1 dan Liga 2 mendapatkan respon dari Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI). Mereka meminta PSSI agar negosiasi ulang gaji pelatih, asisten pelatih, dokter tim dan perangkat tim lainnya disesuaikan dengan nilai kontrak.
"Permintaan seluruh pemilik klub kepada PSSI adalah pemotongan gaji 50 persen. Kami tidak langsung mengiyakan dan memberikan skala untuk pemotongan gaji yang mengacu pada nilai kontrak," ujar Ketua APSSI Yeyen Tumena dalam video konferensi jarak Kamis kemarin.
Yeyen melanjutkan, pihaknya telah membuat tiga skala persentase pemotongan yaitu 50 persen, 25 persen dan tanpa pengurangan. Pelatih berlisensi AFC Pro itu menjelaskan bahwa penghasilan pelatih, asisten pelatih termasuk pelatih fisik, pelatih kiper, dokter analis data dan 'kit man' dapat dipangkas 50 persen jika nilai kontraknya di atas Rp600 juta.
Sementara kalau nilai kontraknya di kisaran Rp300-600 juta, gaji hanya dapat dipangkas 25 persen.
Terakhir, kalau memiliki nilai kontrak di bawah Rp300 juta, APSSI meminta dengan tegas agar gaji ofisial itu tidak dipotong.
"Itu usulan kami kepada PSSI," tutur Yeyen.
Usulan pemotongan gaji itu diajukan klub-klub Liga 1 dan Liga 2 setelah mereka mengalami kesulitan keuangan pasca kompetisi dihentikan sementara. Pendapatan mereka dari penjualan tiket hingga kontrak sponsor terpangkas.
PSSI sendiri tampak memberi sinyal akan kembali menggulirkan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 pada September atau Oktober mendatang. Mereka menyebut bahwa semua klub telah sepakat kompetisi akan kembali digulirkan.