TEMPO.CO, Jakarta- Manajer Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi, membeberkan tarik ulur kelanjutan kompetisi antara manajemen klub dan PSSI serta PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi. Menurut Candra, telah dilakukan dua kali rapat virtual untuk mempertemukan keinginan dari masing-masing pihak. Rapat pertama, kata dia berlangsung pada 2 Juni 2020. Kemudian rapat terakhir yakni 17 Juli lalu.
"Waktu itu (dalam pertama) ada 12 klub yang menolak melanjutkan kompetisi, lima setuju kompetisi dilanjutkan dan ada satu abstain," kata Candra saat dihubungi Tempo, Kamis, 30 Juli 2020.
Berdasarkan hasil rapat pertama, kata Candra, pada 28 Juni, PSSI menerbitkan surat keputusan nomor SKEP/53/VI/2020 tentang kelanjutan kompetisi dalam keadaan luar biasa tahun 2020. Langkah selanjutnya, PSSI mengelar rapat lanjutan bersama klub pada 17 Juli lalu. "Kami sih dari Persebaya berharap pada 17 juli itu sudah ada pemaparan yang konkret soal kompetisi," kata dia.
"Kan selama ini sudah banyak beredar isu soal tanpa degradasi, soal isu dipusatkan di Jawa, jadwal dari tanggal 1 Oktober sampai Februari, soal protokol kesehatan dan sebagainya, tapi itu tidak dipaparkan detail," ucap Candra menambahkan.
Menurut Candra, pemaparan yang tidak detail dari PSSI dan PT LIB yang menjadi alasan Persebaya belum menentukan sikap soal kompetisi. Ia menyebutkan konsep yang telah tertata rapi dari PSSI bisa membuat nyaman manajemen klub untuk bisa mempersiapkan tim untuk lanjutan kompetisi. "Sampai saat ini kami belum mendapatkan hal itu," ungkap dia.
Candra bercerita dalam rapat virtual pada 17 Juli, mayoritas manajemen klub memberikan catatan kepada PT LIB dan PSSI. Menurut dia, catatan diberikan setelah PT LIB memaparkan beberapa opsi-opsi soal kelanjutan kompetisi. "Hampir semua klub memberikan catatan," kata dia.
Menurut dia, catatan itu antara lain janji PT LIB memberikan kenaikan hak komersial, klub mempertanyakan besaran nominal yang bisa saja tidak cukup untuk biaya operasional. Ada juga catatan ketersediaan hotel dan lapangan latihan bagi klub luar Jawa yang harus bermarkas di Yogyakarta. "Belum ada jawaban juga, (katanya) nanti kita diskusikan dan lain sebagainya," ujar Candra.
Selain itu, kata Candra, salah satu catatan lainnya yakni kewajiban melakukan swab test atau tes usap setiap dua pekan. Menurut dia, penjelasan PT LIB belum konkret karena tidak mencantumkan pihak pelaksana dan sumber pembiayaan. "Banyak catatan, bukan hanya Persebaya, saya kira klub lain juga memberikan catatan banyak sekali. Sampai sekarang belum terjawab," kata dia.
Pasca rapat 17 Juli, Candra menyebutkan ada janji dari PT LIB menggelar rapat lagi pada 27 Juli. "Nanti kita diskusi lagi, 10 hari ke depan," kata dia. "Ternyata kan sudah lewat, dan ini dijanjikan lagi, minggu depan. Saya tidak tahu apa nanti jadi apa tidak," kata Candran.
Sebelumnya, PT Liga Indonesia Baru berjanji menjelaskan secara detail panduan kompetisi yang dipertanyakan klub Liga 1 2020 pada awal Agustus mendatang. Direktur Utama PT LIB,
Akhmad Hadian Lukita, menyebutkan bakal membahas panduan tersebut dalam rapat yang rencana berlangsung di Jakarta. "Panduan kompetisi akan dijelaskan pada saat meeting tatap muka di Jakarta, rencana awal minggu depan," kata Akhmad saat dihubungi Tempo, Rabu, 29 Juli 2020.
IRSYAN HASYIM