TEMPO.CO, Jakarta - Jika berdasarkan kepada rekor kemenangan dan produkvitas gol di liga domestik, Liga Champions, dan raihan trofi musim 2019-2020 ini, Bayern Munich lebih diunggulkan untuk mengalahkan Barcelona pada babak perempat final Liga Champions di Estadio Sport Lisboa e Benfica, Lisabon, Portugal, Sabtu dinihari mendatang, 15 Agustus 2020.
Bayern Munich sudah mengoleksi dua gelar juara musim ini, yaitu mempertahankan dominasi mereka di Bundesliga dan memenangi Piala Liga Jerman. Barcelona musim ini? Tak ada dan trofi di La Liga direbut musuh abadi, Real Madrid.
Disebabkan adanya adanya pandemi virus corona, format pertandingan Liga Champions dari perempat final sampai semifinal adalah masing-masing hanya satu pertandingan dengan sistem gugur. Adapun final seperti biasanya memang hanya satu pertandingan. Tapi, kali ini, dari delapan besar sampai partai puncak, semuanya berlangsung terpusat di Lisabon.
Ada pertandingan perempat final lainnya yang malah sudah berlangsung dinihari nanti, Jumat 14 Agustus 2020, antara wakil Jerman dan Spanyol lainnya, yaitu RB Leipzig melawan Atletico Madrid. Paris Saint-Germain bahkan sudah lebih dulu lolos ke semifinal setelah mengalahkan Atalanta 2-1. Minggu dinihari mendatang, 16 Agustus 2020, juga tampil salah satu legenda Barcelona, Pep Guardiola, memimpin Manchester City melawan Olympique Lon pada partai terakhir perempat final.
Tapi, duel Barcelona melawan Bayern Munich atau Bayern Munchen yang sama-sama sudah pernah menjuarai Liga Champions ini yang paling menyita perhatian.
Baca Juga: Bundesliga Yakin Bayern Munich akan Rontokkan Barcelona, Anda?
Pada masa pandemi yang penuh tekanan ini, tak ada yang lebih mengasyikkan daripada tontonan Barca versus Munich di sepak bola, sebagaimana duel tinju dunia kelas berat The Rumble in the Jungle di Kinshasa, Zaire, 30 Oktober 1974, antara Muhammad Ali dan George Foreman.
Saat itu, jalanan sepi, sekolah diliburkan –termasuk di Indonesia- karena semua pasang masa terpaku di depan pesawat televisi menyaksikan juara dunia bertahan Foreman terus merangsek untuk menggasak Ali yang terus bersandar di ring dan tak menari-nari seperti biasanya. Pada akhirnya, sebuah pukulan Ali membuat Foreman terjengkang di lantai ring.
Benarkah Bayern Munich sekarang adalah serupa George Foreman pada masa 1970-an itu? Sebab, sebagaimana tim-tim dari Jerman dan tim nasionalnya, sosok Munich sekarang adalah khas mereka, yaitu atletis, bertenaga, staying power, dan mesin yang tak mengenal lelah dan menyerah sampai menit terakhir.
Barcelona mungkin seperti Ali, penampilannya lebih artistik tapi rentan terhadap kebobolan dan banyak yang bilang terlalu tergantung kepada Lionel Messi, pemain sepak bola dari planet lain kata Arsene Wenger.
Tapi, akankah Barcelona dengan Messi akan memenangi The Rumble in the Jungle ala sepak bola ini?
Bayern pertama kali merusak pesta Barcelona pada 1996, ketika raksasa Bavarian ini menang 2-1 di Camp Nou pada semifinal UEFA Cup yang membuat Presiden Blaugrana, Josep Nunez, mantap untuk memecat Johan Cruyff sebagai pelatih.
Dua tahun kemudian dalam fase grup Liga Champions, Ottmar Hitzfeld membawa Bayern mengalahkan Barcelona asuhan Louis van Gaal dalam laga kandang dan tandang.
Pada semifinal 2013, Jupp Heynckess memimpin Bayern melakukan tekanan berat kepada Barcelona di Allianz Arena untuk menang 4-0 dan kemudian Heynckess membuat skuad Bavarian menang 3-0 di Camp Nou. Setelah itu dalam final sesama Jerman, Bayern mengalahkan pasukan Jurgen Klopp, Borussia Dortmund, 2-1.
Baru pada masa kepelatihan Luis Enrique, Barcelona mengalahkan Bayern 3-0 di Camp Nou dan kemudian hanya kalah 2-3 di Allianz Arena dalam semifinal 2015. Di bawah asuhan Enrique, Barcelona kemudian menjadi klub dari Liga Spanyol pertama yang meraih treble, yaitu memenangi Liga Champions, La Liga, dan Copa del Rey pada musim kompetisi 2014-2015.
Kini mungkinkah Bayern Munich giliran menjadi klub Jerman pertama yang memenangi treble, dengan menjuarai Liga Champions, seusai mengalahkan Barcelona di perempat final?
Sebab, belum ada lagi di skuad Barcelona yang bisa seperti Neymar dan Luis Suarez saat masih bersama-sama di Barcelona untuk mendukung Lionel Messi seperti pada era 2014-2015 untuk membikin Bayern porak-poranda di bawah kepemimpinan Pep Guardiola.
Kombinasi pelatih Hansi Flick, mesin gol Robert Lewandowski, dan pemain Bayern Municih tampak jauh lebih bertenaga dan kukuh dibandingkan kombinasi Quique Setien, Lionel Messi, Luis Suarez, dan pemain lain di Barcelona sekarang.
Baca Juga: Liga Champions: Formasi 4-3-1-2 Barcelona yang Merontokkan Napoli
Persis seperti suasana preview Muhammad Ali versus George Foreman di Zaire 1974. Waktu itu Ali kemudian menggemparkan. Sabtu dinihari mendatang, akankah Lionel Messi dan pemain Barcelona lainnya yang bisa mengulangi cerita “legenda” The Rumble in the Jungle itu melawan Bayern Munich?