TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai orang Barcelona yang sejati, Manajer Manchester City, Pep Guardiola, tentu sedih melihat Barca, tim yang pernah dibawanya merajai La Liga dan menjuarai Liga Champions dua kali, harus terkapar seperti itu di Estadio da Luz, Lisabon, dinihari tadi, Sabtu 15 Agustus 2020, yakni menyerah 2-8 dari Bayern Munich pada perempat final.
Baca Juga: Alphonso Davies, Bintang Bayern Munchen dari Kamp Pengungsian
Sedangkan Manchester City baru akan bermain pada dinihari nanti, Minggu 16 Agustus 2020, melawan Lyon. Jika menang, City akan bertemu dengan Bayern Munich pada semifinal, Kamis dinihari mendatang, 20 Agustus 2020.
Kembali kepada Barcelona, kehadiran pemain terbaik di muka bumi ini, Lionel Messi, seperti tidak bisa lagi menjadi juru selamat Barca seorang diri. Sebagaimana, ketika ia masih ditangani Pep Guardiola, dengan para sekondan yang kualitasnya lebih baik dari skuad Sabtu dinihari tadi itu.
Tapi, di sisi lain, Pep Guardiola juga layak bangga melihat mantan tim asuhannya, Bayern Munich, bisa membalas kekalahan pada semifinal Liga Champions 2014-2015. Saat itu Pep membawa Bayern untuk dikalahkan Barca 3-0 di Camp Nou, sebelum klub Bavarian ini hanya menang 3-2 di Allianz Arena.
Jadi, Pep Guardiola mengetahui dengan baik kekuatan Bayern Munich dan Barcelona. Ia lama menangani dua tim tersebut, yaitu 2013-2016 di Munich, dan sebelumnya, 2008-2012 di Barca.
Di antara para pelatih tim delapan besar Liga Champions musim ini yang terisisa, Guardiola yang paling berpengalaman di kejuaraan utama antarklub Eropa.
Sebagai pelatih, Pep membawa Barcelona menjuarai Liga Champions 2008-2009 dan 2010-2011. Sebagai pemain Barca, ia memenangi Liga Champions ketika masih bernama European Cup 1991-1992.
Manchester City yang dibawanya memenangi Liga Primer Inggris dua kali beruntun 2017-18, 2018-19, memang tidak punya pemain seistimewa Lionel Messi, tapi kolektivitas City bisa jadi jauh lebih baik dari skuad pilihan Quique Setien di Barcelona musim ini.
Bila melihat permainan Bayern menggilas Barcelona pada Sabtu dinihari lalu memang “mengerikan”. Tapi, selain Barcelona yang semakin kehilangan soliditasnya, tim-tim dari Inggris lebih terbiasa melayani adu kekuatan fisik yang menjadi senjata tradisi klub-klub Jerman.
Pep Guardiola pun punya nilai jauh lebih baik dari Setien yang baru enam bulan melatih Barcelona, yaitu pengalaman, terutama mengetahui karakter Bayern Munich. Adalah Pep yang membawa Munich menjuarai Bundesliga tiga kali beruntun 2014, 2015, dan 2016 serta DFB-Pokal 2014 dan 2016.
Setelah dikalahkan Liverpool dalam perebutan gelar juara Liga Primer Inggris musim 2019-2020 dan belum lagi memenangi Liga Champions bersama tim di luar Barcelona, kini saatnya buat Pep Guardiola untuk mencetak sejarah di Manchester City. Itu bisa terjadi jika mereka mengalahkan Lyon dinihari nanti.