TEMPO.CO, Jakarta - Isu terakhir yang berkembang tentang permintaan Lionel Messi untuk meninggalkan Barcelona adalah keterusterangan pelatih baru Barcelona, Ronald Koeman, mengungkapkan model kepemimpinan yang akan diterapkan.
Baca Juga: Messi Putuskan Hengkang, Pendukung Barcelona Berdemo
Koeman meminta Lionel Messi tak lagi mau dan akan diistimewakan atau dikecualikan karena prestasinya sebagai peraih penghargaan pemain terbaik dunia enam kali, kapten tim yang sudah membawa Barca langganan juara La Liga dan Liga Champions, serta di Barcelona sosoknya sudah menjadi lebih sekadar pemain bintang sepak bola. Ia jadi salah satu ikon ibukota Catalan itu.
“Keistimewaan anda di skuad sudah berakhir. Anda harus melakukan segalanya untuk tim. Saya akan menjadi tidak fleksibel. Anda harus memikirkan tim,” kata Ronald Koeman kepada Lionel Messi, menurut Diaro Ole, sebagaimana dikutip AS English dan Marca English.
Kata-kata jujur pelatih baru Barcelona itu adalah pukulan terakhir yang membuat Lionel Messi menuntut hengkang segera, menurut Diaro Ole.
Lionel Messi dikabarkan meminta untuk meninggalkan Barcelona, dengan salah satu alasan utama bahwa ia tidak mau bekerja sama dengan pelatih baru, Ronald Koeman.
Masa depan Messi di Camp Nou menjadi tidak pasti sejak Barcelona digilas Bayern Munich 8-2 pada perempat final Liga Champions 14 Agustus 2020, yang membuat pelatih Quique Setien dipecat dan kemudian muncul tuntutan adanya perubahan besar di klub Catalan ini.
Koeman dengan cepat dipasang sebagai pengganti Setien. Setelah itu, Messi dilaporkan mengatakan kepada pelatih baru dari Belanda tersebut bahwa dia melihat dirinya lebih di luar klub daripada di dalamnya, dalam salah satu pertemuan mereka.
Tapi, sekarang pertemuan terbaru di antara keduanya telah mendorong Lionel Messi untuk menyelesaikan keputusannya. Kapten tim ini dikabarkan menuntut agar Barcelona mengizinkannya segera pergi.
Suporter Barcelona berkumpul di depan Camp Nou setelah mengetahui kabar Lionel Messi ingin meninggalkan klub, di Barcelona, Spanyol, Rabu, 25 Agustus 2020. Alasan lainnya Messi ingin hengkang dari Barcelona yakni, adanya masalah internal di Barcelona. REUTERS/Nacho Doce
Dalam manajemen standar sepak bola, pelatih kepala atau manajer tim –untuk membedakannya dengan posisi manajer umum dalam sepak bola- memang punya wewenang penuh untuk menyeleksi, meminta komitmen, dan menurukan pemain pada suatu pertandingan.
Semua itu atas dasar teknis. Tapi, ada pertimbangan lain dan juga masukan dari sang pemimpin klub atau keistimewaa pemain yang juga acapkali membuat pelatih tak melaksanakannya secara absolut.
Hanya saja kebetulan FC Barcelona dibangkitkan dari kedatangan pelatih Rinus Michels pada 1971-1975 dan 1976-1978 setelah tokoh sepak bola legendaris dari Belanda yang dijuluki Tuan Sphinx itu membesarkan Ajax Amsterdam dengan revolusi taktik total football.
Michels yang begitu fenomenal ketika membawa Ajax merajai sepak bola Eropa 1970-an dan mengantarkan Belanda ke final Piala Dunia 1974 dikenal sebagai pelatih yang keras dan tidak suka menyebut nama pemainnya. Ia hanya menyebut nomor punggungnya, termasuk kepada Johan Cruyff yang kelak disebut sebagai bapak filosofi sepak bola Barcelona yang berkembang sampai sekarang.
Dalam konsep total football, kumpulan individu yang berlatenta sepak bola tinggi diikat dengan prinsip kolekvitas yang tinggi. Disebabkan keyakinan sepak bola adalah permainan tim, kenikmatan para individu bermain bola harus disesuaikan dengan tujuan kebersamaan tim.
Rinus Michels jarang tersenyum, tak suka memanggil nama, dan pernah menyebut perminan sepak bola bagaikan perang. Otoritas atau wewenang penuh mutlak ada pada pelatih sebagai sutradara.
Karakter kuat tipikal kepelatihan Rinus Michels itu kemudian menurun kepada Johan Cruyff ketika sebagai pelatih, ia menciptakan Dream Team di Barcelona pada periode 1990-an.
Kebetulan Ronald Koeman mengalami pengalaman dilatih Rinus Michels ketika membawa Belanda menjuarai Euro 1988 dan dilatih Johan Cruyff pada era Dream Team Barcelona 1990-an.
Bagi Rinus Michels dan Johan Cruyff, kebintangan atau kestimewaan seorang pemain harus tunduk kepada kolektivitas tim dan tujuan besar tim.
Cruyff ketika melatih Barcelona, misalnya, pernah membuat Gary Lineker yang begitu istimewa di Inggris harus tunduk dan kesal. Pasalnya, Lineker tak dibiarkan bermain fleksibel sebagai penyerang, tapi dipatok Cruyff di posisi sayap.
Yang menarik, adalah pelatih dari Belanda juga dan seperti Koeman adalah “anak-anak” Rinus Michels dan Johan Cruyff, yaitu Frank Rijkaard, yang pertama kali merekrut Lionel Messi ke dalam tim senior Barcelona pada 16 musim lalu.
Kali ini karakter Ronald Koeman mungkin bisa jadi lebih keras dibandingkan Frank Rijkaard. Di sisi yang berbeda, selain simpati dukungan yang lebih besar diarahkan kepada Lionel Messi sehingga berbuah demo menuntut Presiden FC Barcelona, Josep Maria Bartomeu, mungkin Koeman melihat ada bahaya.
Mantan pelatih Southampton itu bisa jadi melihat sosok yang begitu besar Lionel Messi pada saat ini justru akan membahayakan masa depan FC Barcelona sebagai tim. Johan Cruyff melakukan bersih-bersih ketika mulai menjadi pelatih Barca dengan melepas sejumlah pemain senior dan bintang.
Ronald Koeman melakukan langkah itu, termasuk kepada sang ikon, Lionel Messi, dan bisa berhasil atau gagal bahkan dipecat dini di Barcelona –terutama jika demo menuntut mundur Bartomeu berhasil.