TEMPO.CO, Jakarta - Kehebohan soal Lionel Messi selama Agustus sampai September 2020 ini, yang dipicu dari permintaannya untuk meninggalkan klub sepak bola Barcelona setelah membelanya selama 16 tahun, mengingatkan kepada mendiang Johan Cruyff.
Baca Juga: Ini 3 Kerugian Yang akan Dialami Barcelona, Jika Lionel Messi Hengkang
Di FourFourTwo edisi 24 Maret 2020 dan buku berjudul The Barcelona Legacy: Guardiola, The Evolution of Modern Football from Cruyff to Guardiola, karya Jonathan Wilson, misalnya, diceritakan saat-saat terakhir Johan Cruyff sebelum dipecat sebagai manajer FC Barcelona.
Johan Cruyff. Foto: Offside
Pada 18 Mei 1996, hari sebelum pertandingan kandang terakhir FC Barcelona di La Liga Spanyol, wakil presiden klub Catalan itu, Joan Gaspart, hendak menemui Johan Cruyff di markas latihan tim berjuluk Blaugrana.
Semua pemain dan awak tim sudah memperkirakan pertemuan itu akan berlangsung panas. Hal itu diperkirakan menyusul rentetan kekalahan Barca yang menyulut pertengkaran sengit antara presiden klub, Josep Lluis Nunez, dan Johan Cruyff.
Saat sebelum Gaspart memasuki ruang kamar ganti pemain di markas latihan Barcelona, isu sudah berkembang bahwa Bobby Robson akan menggantikan posisi Cruyff sebagai pelatih Barcelona. Semua tegang, termasuk Ernesto Valverde, pemain asuhan sang superstar dari Belanda itu. Kelak, Valverde menjadi pelatih Barca dengan kontrak dua setengah tahun dan dipecat pada Januari lalu.
“Hei kamu Judas,” teriak Cruyff kepada Gaspart. “Bagaimana mungkin Nunez tidak datang ke sini dan bertemu langsung dengan saya?”
Sontak Gaspart murka dan terjadi pertengkaran hebat. Wakil Presiden FC Barcelona itu lantas mengancam akan menelepon polisi jika Cruyff tidak secepatnya meninggalkan markas Blaugrana.
Sekitar 20 tahun kemudian, Johan Cruyff disanjung sebagai arsitek pembaruan konsep sepak bola FC Barcelona dan tim nasional Spanyol. Ketika Cruyff berpulang, warisannya sebagai pemain dan pelatih Blaugrana semakin diakui. Ia pun menghembuskan napas terakhir di ibukota Catalan itu.
Apakah kelak Lionel Messi juga akan seperti Johan Cruyff di Barcelona?
Hasil pertemuan pertama antara Jorge Messi didampingi Rodrigo, ayah sekaligus agen pemain, dan kakak Lionel, Rodrigo, dengan Presiden FC Barcelona, Josep Maria Bartomeu, di ibukota Catalan, pada Rabu, 2 September 2020, berakhir dengan tidak adanya kesepakatan.
Baca Juga: Presiden Barcelona Ancam akan Gugat Lionel Messi dan Manchester City
Lionel Messi tetap pada keputusannya untuk meninggalkan Barcelona setelah membelanya selama 16 musim kompetisi, meraih 10 gelar juara La Liga Spanyol, empat kali memenangi Liga Champions Eropa, dan enam kali meraih penghargaan pemain terbaik dunia.
Adapun Josep Maria Bartomeu tidak merundingkan soal kepindahan Messi dari Barcelona. Kalau pun Messi berkeras, kepindahannya tidak gratis. Klub yang ingin mendapatkan pemain berusia 33 tahun ini harus membayar klausul pelepasan kontrak senilai 700 juta euro atau setara Rp 12 triliun.
Pada Rabu, 2 September 2020, itu sebagaimana dikabarkan Marca, wartawan Spanyol, Edu Aguirre, dalam acara stasiun televisi bertajuk El Chiringuito de Jugones, mengatakan langkah Messi untuk minta hengkang setelah membela FC Barcelona selama 16 tahun, bisa disebut sebagai tindakan mengkhianati tim Catalan itu.
“Buat saya, Messi adalah membawa pengkhianatan terbesar dalam sejarah sepak bola,” kata Aguirre.
“Suporter Barcelona tidak pantas mendapatkan ini. Sekarang saatnya Leo Messi mengelar konferensi pers dan bilang, Saya akan bertahan karena saya memiliki sebuah memori dan saya tahu apa arti klub ini buat saya,’“ Aguirre melanjutkan.
Jika Lionel Messi berhasil hengkang dari Barcelona, sekalipun harus “berdarah-darah” dengan mengeluarkan uang untuk klub yang menerbangkannya dari Rosario, Argentina, ke Barcelona, pada usia 13 tahun itu, suporter Blaugrana dan sebagian awak timnya mungkin tak akan pernah memaafkannya. Sampai, beberapa puluh tahun kemudian, ketika mereka mengenangnya seperti kepada Johan Cruyff.