Konsep false nine pun terus berubah, beradaptasi dengan permainan sepak bola yang semakin cepat dan skema permainan yang diterapkan seorang pelatih di timnya.
Seorang false nine, bisa diterapkan dalam skema tiga orang penyerang, dua orang penyerang atau pun seorang penyerang yang sebenarnya adalah seorang false nine, atau tidak memiliki penyerang tengah murni sama sekali.
Peran itu juga tak hanya bisa dimainkan oleh seorang penyerang, seperti Roberto Firmino di Liverpool, terkadang juga diperankan oleh seorang gelandang serang seperti Francesco Totti atau Cesc Fabregas, atau juga dimainkan oleh seorang pemain sayap seperti Lionel Messi, Raheem Sterling di Manchester City dan Eden Hazard saat berada di Chelsea.
Secara sederhana, false nine bisa diartikan sebagai seseorang yang memainkan peran penyerang dan juga gelandang serang sekaligus. Tak seperti penyerang murni yang area bermainnya lebih banyak di kotak penalti, false nine bisa bergerak di seluruh area pertahanan lawan, masuk ke dalam kotak penalti, turun ke lini tengah, atau pun menyisir sisi sayap.
Karena peran ganda yang dia jalan, seorang false nine membutuhkan kemampuan di atas rata-rata pemain lain. Dia harus memiliki visi bermain yang tinggi, ketajaman mencetak gol, mengendalikan tempo permainan hingga akurasi umpan yang aduhai hingga menciptakan ruang bagi rekan-rekannya.
Hal itu mungkin yang dilihat Pep Guardiola dari Lionel Messi hingga akhirnya memberinya peran tersebut pada laga El Clasico musim 2008-2009. Dalam buku biografinya yang berjudul "Herr Pep", Guardiola menyebutkan bahwa dia mendapatkan ide tersebut pada malam sebelum pertandingan setelah menganalisa permainan Real Madrid.