Tak seperti kompatriotnya, Marcos Antonio dan Taison yang lebih dahulu menjadi incaran banyak klub Eropa, nama Tete sebenarnya tak terlalu terdengar sebelum Shakhtar Donetsk memboyongnya dari Gremio pada Februari 2019.
Pasalnya pemuda bernama asli Mateus Cardoso Lemos Martins itu disebut tak pernah tampil bersama tim senior Gremio atau pun Timnas Brasil U-17 sebelumnya. Dia hanya pernah bermain bersama tim junior Gremio dan Timnas Brasil U-20 di ajang Copa America U-20. Di skuad Samba Junior, Tete juga bukan pilihan pertama dan hanya bermain tujuh kali, empat diantaranya sebagai pemain pengganti.
Karena itu langkah Shakhtar membeli si pemain dengan mahar 15 juta euro pun sempat membuat banyak pengamat sepak bola heran. "Kami percaya dia adalah pemain masa depan kami, Tete akan tumbuh menjadi pemain bintang," kata CEO Shakhtar Donetsk, Sergei Palkin, menjawab keraguan tersebut.
Palkin menyatakan bahwa mereka hanya memantau Tete selama enam bulan sebelum akhirnya yakin untuk merekrut si pemain. Dia menyatakan bahwa Shakhtar Donetsk bergerak cepat karena mereka yakin Tete akan bernilai lebih mahal jika telah menembus tim senior Gremio. Negosiasi untuk merekrut Tete pun disebut berjalan cukup alot.
"Kami melakukan negosiasi selama dua bulan. Gremio tak mau melepasnya karena mereka menilai si pemain akan mendatangkan lebih banyak uang di massa depan. Di sisi kami, kami juga paham bahwa jika dia bermain untuk tim senior Gremio, nilainya akan naik hingga berlipat."
Penilaian Palkin dan timnya terhadap si pemuda benar. Tete langsung menggebrak sejak menginjakkan kakinya di Ukraina. Dia menjadi kunci sukses Shakhtar menjuarai Piala Ukraina dengan mencetak satu dari dua gol mereka ke gawang Inhulets pada partai final.
Tujuh hari berselang Tete juga kembali mencetak gol ke gawang Dynamo Kyiv untuk memaksakan hasil imbang dan membuat Shakhtar mengunci gelar juara Liga Ukraina.