Selama di akademi itu, Olmo menjadi pencetak gol terbanyak dalam empat dari enam musim. Masa depannya pun dianggap sangat cerah saat itu.
Akan tetapi kehadiran dua pemain asal Korea Selatan, Kyeol-heui Jang dan Lee Seung-woo, pada 2011 mengubah arah nasib Olmo. Dia disebut kalah bersaing dengan keduanya di tim Barcelona U-16 dan U-18 hingga akhirnya memutuskan hengkang ke Dinamo Zagreb pada 2014.
"Dia tak mendapatkan banyak jatah bermain. Lee dan Jang bermain lebih banyak. Mereka memaksanya keluar. Keduanya memiliki reputasi besar, media berada di belakang mereka. Itu membuat Olmo tak betah. Saya yakin karena itu dia kemudian memutuskan untuk hengkang," kata Silva Puig.
Silva Puig sempat heran dengan keputusan Olmo ke Zagreb. Menurut dia, banyak klub elit Eropa sebenarnya tertarik untuk memboyongnya. Apalagi Zagreb dinilai memiliki kultur yang sangat berbeda.
Meskipun demikian, dia menyatakan akhirnya bisa memahami keputusan Olmo itu. Dia membutuhkan waktu bermain yang lebih banyak untuk menggali lebih dalam bakatnya yang terpendam.
Di Zagreb, Olmo yang saat itu masih berusia 16 tahun awalnya langsung masuk ke tim senior. Akan tetapi dia gagal menjadi pilihan utama sehingga musim berikutnya bermain di divisi dua bersama tim cadangan Dinamo Zagreb.
Hanya butuh satu musim bagi Olmo untuk kembali ke tim senior Dinamo Zagreb. Performanya di tim cadangan dinilai apik. Salah satu kelebihan lain Olmo adalah dia bisa bermain di semua posisi di lini serang meskipun lebih sering dipasang sebagai sayap kiri. Hal itu tak lepas dari kemampuan kedua kakinya yang sama baik.