TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Barcelona, Joan Laporta, menilai penyerang barunya, Luuk De Jong, memiliki kemiripan dengan mantan penyerang legendaris mereka, Julio Salinas. Pesepakbola asal Belanda itu dianggap bisa sangat berguna jika Pelatih Ronald Koeman membutuhkan skema permainan yang berbeda.
Dalam wawancara dengan TV3, Laporta menyatakan De Jong memiliki profil yang menarik. Keputusan merekrut penyerang berusia 31 tahun itu tak lepas dari pembicaraannya dengan Asisten Direktur Olahraga Jordi Cruyff.
Menurut Laporta, Cruyff menyatakan bahwa ayahnya yang merupakan mantan pemain dan pelatih legendaris Barca, Johan Cruyff, selalu memiliki solusi saat permainan tiki taka dengan aliran bola dari kaki ke kaki Barcelona macet. Solusi itu adalah dengan memasukkan pemain jangkung untuk menjangkau bola-bola tinggi di udara.
"Dia adalah pemain yang saya kira menarik, dia bisa mencetak gol, yang bisa menyundul bola, dia akan bagus untuk kami," kata Laporta. "Kami juga memiliki Julio Salinas di Dream Team (sebutan untuk tim asuhan Johan Cruyff yang sukses membawa Barcelona merajai Spanyol dan Eropa). Saya berbicara dengan Jordi Cruyff dan dia mengatakan 'ayah saya terkadang memiliki solusi yang berbeda'."
Salinas memang merupakan salah satu anggota Dream Team Barca saat ditangani Johan Cruyff. Pria yang kini berusia 58 tahun itu awalnya bermain untuk Athletic Bilbao dan sempat membawa klub itu menjuarai Liga Spanyol pada musim 1982-1983 dan 1983-1984.
Dia sempat bermain untuk Atletico Madrid sebelum dibeli Barca pada 1988, tepat bersamaan dengan kehadiran Johan Cruyff sebagai pelatih di sana. Di Stadion Camp Nou, dia bermain bersama sejumlah pemain legendaris seperti Andoni Zubizarreta, Jose Ramon Alexanko, Jose Mari Bakero, Txiki Begiristain, dan juga Ronald Koeman yang saat itu masih bermain.
Pada musim pertamanya Salinas bisa dianggap cukup sukses. Dia membawa Barca meraih gelar juara Piala Winner dengan mencetak satu dari dua gol mereka ke gawang Sampdoria pada laga final. Sayangnya dia gagal mempersembahkan gelar juara Liga Spanyol meskipun mencetak 20 gol. Barca hanya menempati posisi kedua di belakang Madrid.
Pada musim keduanya, Salinas juga memberikan gelar juara Copa del Rey dengan mencetak satu dari dua gol ke gawang Real Madrid pada partai puncak. Akan tetapi dia kembali gagal mempersembahkan gelar juara Liga Spanyol.
Kehadiran Hristo Stoichkov yang dibeli dari CSKA Sofia pada awal musim 1990-1991 membuat posisi Salinas sebagai penyerang utama Barca mulai tergusur. Akan tetapi dia tetap dinilai sebagai pemain yang cukup penting bagi kesuksesan Dream Team Cruyff saat itu.
Meskipun hanya berstatus sebagai pelapis, Salinas mampu mencetak sejumlah gol penting. Misalnya pada laga kontra Albacete pada Januari 1994 dimana dia mencetak gol kemenangan Barca yang kemudian di akhir musim mereka meraih gelar juara Liga Spanyol keempat secara beruntun.
Julukan sebagai pemain pengganti super atau "Super Sub" pun sempat melekat pada diri pesepakbola yang juga dianggap sebagai salah satu penyerang legendaris Timnas Spanyol itu.
Karir Salinas di Barca berakhir pada akhir musim 1993-1994. Di awal musim itu, La Blaugrana mendatangkan Romario dari klub Brasil Flamengo. Kehadiran Romario yang jauh lebih muda dan bertenaga membuat Salinas hanya mendapatkaan kesempatan bermain 12 kali di semua kompetisi saat itu. Dia akhirnya hengkang ke Deportivo La Coruna dan sempat melanglang buana ke Liga Jepang bersama Yokohama Marinos sebelum akhirnya pensiun di Alaves pada tahun 2000.
Kini Ronald Koeman tampak mencoba mengikuti langkah mentornya dengan mendatangkan Luuk de Jong dari Sevilla. Akan tetapi tak seperti Salinas, ketajaman De Jong belum teruji di Liga Spanyol. Dua tahun di Sevilla, De Jong hanya mampu mencetak 10 gol dari 69 laga.
AS|SPORT|MARCA