TEMPO.CO, Jakarta - Barcelona menjadi satu dari tiga klub yang terus mendukung wacana Liga Super Eropa. CEO Ferran Reverter akhirnya buka suara soal langkah mereka tak menarik dukungan terhadap kompetisi yang membuat geger sepak bola Eropa itu.
Menurut laman Sky Sports, Barca terus mendukung wacana itu karena tak puas dengan kinerja UEFA terkait penerapan Financial Fair Play (FFP). Mereka menilai aturan FFP saat ini menguntungkan bagi klub-klub yang dikontrol oleh negara seperti PSG dan Manchester City.
UEFA meluncurkan peraturan FFP pada tahun 2009 untuk menghentikan klub mengalami kerugian besar karena pengeluaran untuk belanja dan gaji pemain meskipun aturan itu kemudian dilonggarkan setelah pandemi COVID-19 dengan menghapus kewajiban untuk mencapai titik impas.
Aturan tersebut mendapat sorotan setelah aktivitas transfer PSG yang didukung Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, melalui perusahaan Qatar Investment Sport musim panas lalu. PSG memboyong empat pemain bintang, termasuk penyerang Barca Lionel Messi, dengan status bebas transfer. Meskipun tak mengeluarkan uang, kedatangan empat pemain itu ditaksir membebani anggaran gaji klub asal Paris tersebut.
Sementara Manchester City yang dikuasai oleh penguasa Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, memecahkan rekor transfer Liga Inggris dengan membayar 100 juta pound sterling untuk mengontrak Jack Grealish dari Aston Villa.
Barca yang dililit utang, sebaliknya, terpaksa memangkas anggaran upah mereka musim panas ini karena peraturan keuangan La Liga yang jauh lebih ketat. Mereka hanya diperbolehkan memiliki anggaran maksimum sebesar 98 juta euro untuk musim ini, turun dari 347 juta euro musim lalu.
"Bagi kami Liga Super adalah tentang menciptakan kompetisi yang lebih menarik yang berorientasi pada masalah FFP. Kami harus membuat refleksi mendalam tentang apa yang terjadi musim panas ini," kata Ferran Reverter pada pemaparan terkait kondisi keuangan klub itu, Rabu kemarin waktu setempat.
"UEFA membuka pintu bagi klub untuk mendapatkan suntukan uang (dari pemiliknya) dan rasio pengeluaran klub-klub itu menjadi liar. Seiring dengan La Liga, kami percaya pada model yang lebih berkelanjutan. Jika UEFA terus menempuh jalan ini, itu akan menguntungkan klub yang didukung oleh negara dan merusak tim seperti Barca."
Tekanan dari Barcelona, Real Madrid dan Juventus itu sebenarnya cukup berhasil. Presiden UEFA Aleksander Ceferin bulan lalu sempat menyatakan akan meninjau ulang aturan FFP saat ini. Dia berjanji akan memperbaiki aturan tersebut agar tercipta sistem kontrol keuangan yang lebih baik dan adil.
Wacana Liga Super Eropa diluncurkan 12 klub besar pada April lalu. Kompetisi itu rencananya akan berada di luar kontrol UEFA. Sehari setelah diluncurkan, sembilan klub menyatakan mengundurkan diri. Mereka mendapatkan tekanan dari suporter, asosiasi sepak bola negara masing-masing, klub lain yang tak terlibat hingga pemain karena dituding terlalu tamak dengan menginginkan uang untuk mereka sendiri.
Hanya Barcelona, Real Madrid dan Juventus yang tak menyatakan menarik dukungannya terhadap Liga Super Eropa. Ketiganya bahkan tak bergeming ketika UEFA mengancam akan mencoret mereka dari Liga Champions dan kompetisi lainnya. Belakangan, UEFA membatalkan gugatan mereka terhadap ketiga klub itu.
SKY SPORTS