TEMPO.CO, Jakarta - Suporter Newcastle United menyambut baik kabar pengambilalihan saham klub itu oleh Konsorsium Arab Saudi Public Investment Fund (PIF). Mereka menilai PIF yang dimotori oleh Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman akan bisa membawa mereka kembali ke masa kejayaannya.
Newcastle United Supporters Trust (NUST), salah satu kelompok suporter terbesar klub itu, membuat suraat pernyataan terbuka yang dirilis di media sosial. Mereka menujukan surat itu kepada Yasir Al-Rumayyan (Direktur Utama PIF), Amanda Staveley (PCP Capital) dan Jamie Rueben (Rueben Brothers Sports and Media) yang akan menjadi pemilik saham mayoritas klub itu menggantikan pengusaha Mike Ashley.
Dalam surat surat tersebut, mereka menyatakan kehadiran konsorsium itu memberikan keyakinan bahwa ambisi Newcastle untuk menjadi klub terbaik akan terwujud. Mereka menyatakan telah melakukan survei dan hasilnya 96,7 persen anggota mereka setuju dengan pengambil alihan saham itu.
Mereka juga berharap pihak klub bisa bekerjasama dengan suporter untuk mewujudkan impian mereka menjadi tim terbaik di Inggris.
Berikut pernyataannya NUST:
"Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun kami percaya keinginan kami yang ambisius untuk Newcastle United yang berusaha untuk menjadi yang terbaik dapat menjadi kenyataan di bawah kepemilikan anda."
"Kami mengagumi keinginan dan kegigihan anda untuk membeli klub sepak bola kami terlepas dari masalah yang berkepanjangan dengan Liga Premier, dan kami menghargai pemahaman anda yang jelas tentang tempat khusus yang dimiliki Newcastle United di komunitas kami, semangat pendukung kami, dan komitmen anda untuk mengembangkan Newcastle United."
"Kami sangat menantikan untuk mempelajari detail dari rencana anda lebih lanjut dan saya yakinkan anda bahwa anggota kami akan menyambut anda di Newcastle United - pada April 2020 kami bertanya kepada anggota kami apakah mereka setuju dengan penawaran pengambilalihan anda dan 96,7 persen diantranya setuju - hal ini telah digaungkan ke seluruh dunia."
"Kami sangat bersemangat menyambut adanya kerjasama antara suporter dan pemilik di masa depan yang akan memberikan kami harapan setelah bertahun-tahun. Kami sangat menantikan bekerja bersama anda untuk mengembalikan salah satu klub sepak bola terbaik di Inggris dan saya ingin menyampaikan undangan untuk pertemuan antara anda, jajaran dewan dan saya dalam pekan-pekan ke depan."
Surat terbuka yang ditulis suporter Newcastle United untuk pemilik baru klub itu.
Otoritas Liga Inggris Premier League pada Kamis kemarin waktu setempat akhirnya menyetujui pengambilalihan saham Newcastle United oleh PIF cs. Hal itu menyusul terselesaikannya masalah antara beIN Sports dengan Pemerintah Arab Saudi yang dipimpin oleh Muhammad bin Salman.
PIF sebenarnya sudah mengajukan permohonan izin pembelian klub itu sejak Juli tahun lalu. Akan tetapi langkah mereka dijegal oleh beIN Sports yang merupakan pemegang hak siar Liga Inggris di kawasan Timur Tengah.
beIN Sports menuding Pemerintah Arab Saudi berada di belakang siaran ilegal Liga Inggris di sana. beIN juga mendapatkan larangan untuk membuka siaran di negara tersebut.
Pada Rabu kemarin, media-media Inggris menyebutkan bahwa beIN Sports dan Pemerintah Arab Saudi sepakat untuk berdamai. Pemerintah Arab Saudi bersedia membuka akses kepada perusahaan asal Qatar itu untuk beroperasi di negara mereka dan berjanji akan memberantas siaran ilegal.
Selain masalah siaran ilegal, pengambilalihan saham Newcastle United itu sempat mendapatkan protes dari para penggiat Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka mempermasalahkan sosok Muhammad bin Salman yang dituding sebagai salah satu pelanggar HAM berat.
Si putra mahkota sempat dikabarkan sebagai otak dibalik pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2018. Pembunuhnya adalah pasukan elit Kerajaan Arab Saudi yang disebut bergerak atas perintah MBS, begitu biasa nama si putra mahkota disingkat.
Muhammad bin Salman telah membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, akan tetapi Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Februari lalu mengklaim mereka memiliki bukti keterlibatannya dalam kasus itu.
Para penggiat HAM menilai pembelian klub sepak bola itu merupakan upaya si pangeran untuk membersihkan namanya dari sejumlah tudingan pelanggaran HAM berat.
"Ini lebih dari sekedar transaksi finansial - ini adalah latihan membangun citra yang mengacu pada prestise Liga Premier dan hasrat penggemar Newcastle United," kata Direktur Amnesty International Inggris, Kate Allen, April tahun lalu.
Masalah tudingan pelanggaran HAM berat itu tampaknya tak masuk dalam pertimbangan Premier League. Mereka tetap memberikan lampu hijau agar transaksi senilai 305 juta pound sterling atau sekitar Rp 6 triliun itu berjalan. Suporter Newcastle United juga tampak tak menjadikan tudingan pelanggaran HAM berat itu sebagai masalah.
BT SPORT|DAILY MAIL