TEMPO.CO, Jakarta - Persis Solo memastikan promosi ke kompetisi kasta tertinggi sepakbola Indonesia, Liga 1, setelah mengalahkan Martapura Dewa United 2-1 dalam laga semifinal Liga 2 2021, Senin, 27 Desember 2021. Keberhasilan tersebut menyudahi penantian panjang selama 14 tahun.
Klub sepak bola kebanggaan masyarakat Kota Solo berjulukan Laskar Sambernyawa tersebut terakhir kali melakoni pertandingan di kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia pada 2007. Kala itu kompetisi masih digelar dengan format dua wilayah bernama Divisi Utama.
Namun, Persis Solo yang saat itu bergabung di wilayah barat harus menelan hasil akhir yang mengecewakan. Sebab, pada klasemen akhir, hanya bisa menempati posisi ke-9 di bawah Persijap Jepara. Hal itu lantas membawa salah satu klub pendiri PSSI tersebut kembali terlempar ke kompetisi level dua di kasta sepakbola Indonesia.
Dilansir dari situs resmi Pasoepati–nama suporter fanatik Persis Solo–pasoepati.net, pasca terdegradasi dari Divisi Utama itu, Persis Solo mengalami sejumlah masalah klasikal di internal klub, yakni terkait pendanaan. Masalah itu disinyalir karena diberhentikannya dana APBD oleh Kemendagri. Akibatnya, Persis Solo selalu identik dengan klub miskin yang selalu tersandung dengan masalah gaji pemain.
Dualisme yang terjadi pada musim 2011/2012 selanjutnya turut menjadi catatan perjalanan kelam bagi Persis Solo. Muncul nama klub sepakbola bernama Solo FC yang berlaga di kompetisi yang dikelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Di sisi lain, Persis Solo juga masih bertanding di Liga Indonesia. Kondisi yang demikian membuat Pasoepati geram dan menyerukan agar musim depan tidak terjadi dualisme.
Dilansir dari persissolo.id, pada 2014, asa Persis Solo untuk bangkit kembali menyala saat kompetisi Liga 2 musim 2014. Dengan skuat tim yang ala kadarnya, di bawah asuhan pelatih Widyantoro berhasil menembus babak delapan besar. Namun, perjuangan harus terhenti karena masalah non-teknis di sepakbola Indonesia.
Hingga kurun waktu 2015-2016, kisruh sepakbola Indonesia masih terjadi. Imbasnya, tidak ada kompetisi yang digelar. Kompetisi mulai kembali digelar pada musim 2017. Namun lagi-lagi Persis Solo harus menelan pil pahit dengan puas di babak delapan besar. Bahkan hasil yang lebih buruk terjadi di musim 2018-2019. Persis Solo gagal melewati fase penyisihan grup.
Era baru Persis Solo dimulai setelah kepemilikan saham klub diambil alih oleh Kaesang Pangarep, Kevin Nugroho, dan Erick Thohir. Dilansir dari koran.tempo.co, ketiganya menggenggam 90 persen saham klub. Adapun sebanyak 10 persen saham Persis Solo lainnya dimiliki oleh para pendiri dan 26 anggota tim internal.
Sejak saat itu, sejumlah pembenahan manajemen klub mulai dilakukan. Sejumlah pemain-pemain kelas wahid didatangkan. Di tangan ketiga pengusaha tersebut, Persis Solo menjelma menjadi klub “sultan” di kompetisi Liga 2. Puncaknya, berhasil promosi ke kasta tertinggi di kompetisi sepakbola Indonesia, sekaligus mengakhiri penantian panjang selama 14 tahun tersebut.
HARIS SETYAWAN
Baca juga: Hasil Liga 2: Persis Solo ke Final Usai Kalahkan Martapura Dewa United 2-1