Terkait kepanikan yang berada di Tribun Selatan, Trisman, 56 tahun, menuturkan ia sempat menolong salah satu korban, pria berusia sekitar 19 tahun, yang akhirnya meninggal setelah 10 menit mendapat pertolongannya.
Ketika itu, ia yang lagi duduk bersantai melihat salah korban sudah tergelatak di area Tribun Selatan. Ia pun mengendong dan memberikan air tapi nyawa sang korban tidak tertolong setelah 10 menit berselang. "Waktu itu gas warna putih sudah buat sesak dan tidak bisa melihat, jadi sempat saya tolong karena kebetulan saya juga anggota dari SAR Kanjuruhan," kata Trisman kepada Tempo di Stadion Kanjuruhan, 3 Oktober 2022.
Ketika menolong sang korban, Trisman sempat melepaskan sepatu korban dan melonggarkan pakaian untuk melancarkan saluran pernapasan. Setelah tidak berhasil menyelamatkan nyawa korban, Trisman sempat menyimpan sepatu korban yang sempat ditolongnya. "Saya kembali lagi sepatu ini ke Patung Singa (Stadion Kanjuruhan) agar yang bersangkutan bisa tenang walaupun saya kecewa tidak bisa menyelamatkan nyawanya," katanya.
Suporter Persebaya menyalakan lilin saat mengikuti doa bersama di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Senin 3 Oktober 2022. Doa bersama itu untuk para korban tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Meski tribun sisi timur yang dikenal sebagai tribun bawah papan skor tidak mengalami kepanikan seperti di sisi selatan, menurut Frans, 28 tahun, sempitnya jalur evakuasi membuat beberapa orang sempat mengalami sesak napas.
Ia mengatakan pintu tetap terbuka ketika gas air mata sudah meletus ke arah tribun, tapi dengan lebar hanya sekitar 2 meter membuat ribuan suporter yang serentak ingin keluar harus berhimpitan-himpitan. "Itu antara mati dan hidup, susah keluar, pintu juga susah terbuka," kata Frans saat ditemui Tempo di Sekitar Patung Singga, Stadion Kanjuruhan Malang, 23 Oktober 2023.
Pada Senin siang, Tempo berkesempatan memasuki area dalam stadion dan menyusuri tribun, lapangan maupun ruang ganti pemain. Tidak terdapat lagi selongsong gas air mata yang sempat ditembakkan kepada suporter pascakerusuhan usai laga Arema Malang melawan Persebaya Surabaya.
Walaupun di area sekitar tribun sisi selatan, timur, VIP, maupun utara masih berserakan sampah-sampah sisa kerusuhan. Terdapat beberapa batu yang tergelatak di dalam lapangan, air mineral yang hampir terdapat di setiap sudut stadion, sepatu, kaus kaki, dan sendal juga tersebar di beberapa area.
Sehari sebelumnya, tepatnya pada Minggu malam, Tempo sempat melihat pembersihan yang dilakukan oleh aparat keamanan pascakedatangan Kapolri Jenderal Sigit Listyo. Pembersihan dilakukan bersamaan dengan evakuasi beberapa mobil polisi dari dalam lapangan yang sempat dirusak oleh suporter ketika kerusuhan terjadi.
Berdasarkan informasi yang coba dihimpun Tempo, penanganan Tragedi Kanjuruhan ini disinyalir penggunaan gas air mata yang sudah melewati masa kadaluarsa. Dari informasi yang beredar, sempat ditemukan adanya selongsong yang bertuliskan masa kadaluarsa tahun 2019.
IRSYAN HASYIM
Baca Juga: Kronologi dan Alasan Banyaknya Korban Berjatuhan dalam Tragedi Kanjuruhan