Regragui mengandalkan campuran gaya Afrika Utara yang biasa, menggabungkan pertahanan yang kuat dengan serangan balik yang dipimpin Hakim Ziyech, yang kembali ke tim nasional saat Regragui mengambil alih dari Halilhodzic.
Namun pentingnya Regragui jauh melampaui taktik di lapangan. Ia memberi timnya kepercayaan diri dan memotivasi mereka dengan caranya sendiri yang unik.
Regragui telah berhasil meyakinkan para pemainnya bahwa mereka bermain untuk seluruh Maroko dan, sebagai hasilnya, tim berbeda dari sebelumnya. Regragui memutuskan untuk mengundang keluarga pemain ke kamp mereka di Qatar.
"Saya menjalani hidup saya di Paris, tetapi ini pertama kalinya saya menghadiri turnamen dengan Walid berpartisipasi, baik sebagai pemain atau pelatih," kata ibu Regragui kepada stasiun televisi Maroko, Arryadia.
Meski 14 dari 26 pemain di skuad Maroko lahir di luar negeri, kecintaan mereka pada negaranya terlihat jelas.
"Kami berjuang dan membuat orang Maroko bahagia. Kami membuat sejarah dan Maroko pantas mendapatkannya. Orang Maroko membuat kami bersatu di lapangan," kata Regragui kepada Bein Sports.
Kehangatan antara Regragui dan para pemainnya bisa dirasakan selama latihan karena dia memperlakukan mereka seperti teman.
"Mereka suka memukul kepala saya," kata Regragui. "Mungkin itu membawa keberuntungan bagi mereka.”
Di Stadion Al-Thumama pada Sabtu, 10 Desember 2022, masyarakat Maroko, Arab, dan Afrika berharap melanjutkan dongeng yang diilhami oleh alpukat saat berhadapan dengan timnas Portugal di babak perempat final.
Baca: Alasan Timnas Spanyol Pantas Tersingkir Lebih Cepat di Piala Dunia 2022
REUTERS