TEMPO.CO, Jakarta - Neymar mengatakan tersingkirnya timnas Brasil dari Piala Dunia 2022 telah menghancurkannya secara psikologis. Timnas Brasil gagal melaju ke Babak semifinal karena kalah adu penalti dari Kroasia dengan skor 2-4. Neymar tak dapat menyembunyikan air matanya atas kekalahan itu.
"Saya hancur secara psikologis," kata Neymar dalam sebuah unggahan di Instagram pada Sabtu, 10 Desember 2022. “Jelas kekalahan yang paling menyakitkan saya, yang membuat saya lumpuh selama 10 menit setelah pertandingan, setelah itu saya menangis tanpa bisa berhenti.”
Baca juga:
“Sayangnya, ini akan terasa sakit untuk waktu yang sangat lama,” katanya.
Unggahan di akun Instagram-nya itu telah mendapatkan lebih dari 18,8 juta suka dan terus bertambah.
Baca: Tersingkir dari Piala Dunia 2022, Gareth Southgate: Masa Depan Inggris Cerah
Neymar mengisyaratkan ini bisa menjadi Piala Dunia terakhirnya. Sehari sebelumnya ia mengatakan tidak yakin apakah ia akan kembali ke timnas Brasil untuk tampil lagi di Coupe Du Monde.
“Sejujurnya, saya tidak tahu,” kata Neymar, 30 tahun, kepada wartawan di Al Rayyan, Qatar, setelah kekalahan yang memilukan itu.
Namun menanggapi unggahan Instagram Neymar yang emosional pada hari Sabtu, legenda sepak bola Brasil Pele mendesaknya untuk terus menjadi inspirasi.
Pada pertandingan hari Jumat, Neymar sempat membuka jalan bagi Brasil untuk tampil di semifinal dengan membukukan gol di paruh pertama perpanjangan waktu. Gol itu membawanya menyamai rekor Pele sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi negaranya dengan 77 gol dalam 124 pertandingan internasional. Tapi timnas Kroasia, yang menyamakan kedudukan di menit-menit terakhir waktu tambahan, akhirnya lolos dengan kemenangan adu penalti.
Neymar menangis di lini tengah setelah tembakan rekan setimnya Marquinhos membentur tiang gawang. Ia telah dijadwalkan untuk melakukan tembakan penalti kelima yang tidak pernah dilakukan.
Dalam momen pasca-pertandingan yang luar biasa dan mengharukan, bek Brasil Dani Alves dengan cepat membantunya, memeluk Neymar yang menangis.
“Ia seharusnya mengambil penalti kelima dan menentukan," kata pelatih Brasil Tite kepada wartawan setelah pertandingan. "Pemain dengan kualitas dan keterampilan mental paling tinggi adalah yang bertanggung jawab saat tekanan tinggi.”