TEMPO.CO, Jakarta - Erick Thohir merupakan calon kuat untuk posisi ketua umum dalam Kongres Luar Biasa atau KLB PSSI pada 16 Februari 2023. Ia kemungkinan akan bersaing dengan La Nyalla Mattalitti.
Sebenarnya, dalam KLB PSSI nanti, ada lima calon yang akan bersaing. Namun, tiga nama lain, yakni Doni Setiabudi, Fary Djemy Francis, dan Arief Putra Wicaksono kemungkinan akan sulit bersaing dengan Erick Thohir dan La Nyalla.
Lalu, akan dibawa ke mana PSSI bila Erick Thohir atau La Nyalla berkuasa? Hal ini setidaknya bisa dilihat dari program yang diusung keduanya. Program-program mereka ini nantinya akan disampaikan dihadapan pemilik suara (voter) sebelum dilakukan pemilihan dalam KLB.
Simak rangkumannya:
Program Erick Thohir sebagai Calon Ketua PSSI
Erick Thohir, yang merupakan Menteri BUMN, sudah kenyang pengalaman di bidang olahraga dan sepak bola. Ia pernah menjadi Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Ia pernah memiliki dan memimpin klub Liga Italia Inter Milan. Ia juga pernah jadi pemilik saham DC United dan kini masih memiliki saham di Oxford United dan Persis Solo.
Bila terpilih jadi ketua umum PSSI, Erick Thohir bertekad akan menciptakan sepak bola yang bersih, jauh dari tangan-tangan kotor. Untuk itu, ia menenkankan perlunya "rule of the game" yang harus dipatuhi semua elemen PSSI tanpa terkecuali.
Dengan adanya rule of the game tak perlu lagi khawatir soal tangan-tangan kotor maupun konflik kepentingan. Sebab, nantinya akan ada standar yang harus dipenuhi dan ada aturan yang memastikan semuanya berjalan sesuai koridor.
Ia juga menekankan bahwa perbaikan akan butuh waktu. Karena itu ada program jangka pendek hingga panjang. Namun, untuk tahap pertama, dia memandang penting agar sepak bola bersih dulu.
Erick Thohir sudah memiliki gambaran ideal pembangunan sepak bola yang bisa dicontoh Indonesia: Jepang. Ia bahkan mengajak seluruh pihak mencontoh Jepang yang menyusun cetak biru membangun sepak bola Jepang sejak 1991.
"Di sana main sepak bola tidak individualistis, tapi maju mundur seperti ombak. Di sana pemain bahkan memastikan loker bersih, penontonnya juga demikian. Ini kultur," kata dia, seperti dikutip Antara.
Ia tak mau mempertentangkan antara dunia olahraga dan pemerintah. "Kadang-kadang ada dikotomi antara olahraga dengan pemerintah. Tidak mungkin ketika ingin membangun sesuatu, pemerintah, masyarakat, asosiasi beda, itu nggak nyaman," kata dia.
Erick ingin sepak bola Indonesia menjadi pemersatu bangsa dan bukan malah memecah-belah persatuan.
"Setiap ada pertandingan sepak bola masyarakat ketakutan, orang tua ketakutan anaknya yang jadi suporter nggak pulang. Jangan sampai sepak bola jadi kesedihan, bukan jadi kebahagiaan, orang tua kehilangan anaknya, kakak kehilangan adik, adik kehilangan kakak," katanya.
Baca Juga: Daftar Calon Final untuk KLB PSSI Diumumkan 31 Januari
Erick menegaskan untuk mewujudkan sepak bola yang bersih, perlu ada teknologi sehingga pertandingan tidak hanya mengandalkan wasit.
"Tidak bisa menyalahkan semua ke wasit. Wasit juga manusia, dicubit sakit, harus dibina, ekonomi baik atau tidak, pendidikan baik atau tidak, termasuk terkait kewasitannya itu. Intinya sepak bola bersih itu harus dibangun," kata dia.
Selanjutnya: Program La Nyalla