“Sulit membayangkan tim nasional mucul di Piala Dunia tanpa Ballack. Ia adalah figur penting bagi tim. Kami masih bisa berharap Ballack mengantar Jerman sebagai juara, kalau saja si sundal itu tidak bikin masalah,“ kata salah seorang fans Juergen Malkowski, dengan nada berapi-api.
Sumpah serapah dan kegusaran para suporter kapten tim nasional Jerman seperti itu muncul di hampir semua media online. Bahkan pemain legendaris Franz Beckenbauer mengatakan kepada Tempo, kebrutalan itu sengaja dilakukan untuk menjegal kemungkinan Jerman keluar sebagai juara Grup D penyisihan putaran final Piala Dunia.
Boateng, mantan anggota Klub Hertha, Berlin, akan bermain untuk kesebelasan Ghana melawan Jerman pada 23 Juni.
Menanggapi reaksi itu, Kevin yang punya moto : “Tertawa dulu, menangis kemudian“ mengatakan kepada Tempo, “Sudah terbiasa menghadapi orang-orang yang membenci saya. Saya sudah dua kali minta maaf kepada Ballack di lapangan,“ ujar Boateng yang kini berlibur di Barcelona.
Pernyataan itu dibantah Tapi Ballack. „“Itu tidak benar,“ katanya. Ia tidak menyangka Ballack mengalami cedera serius. “Kaki saya terlambat menyentuh bola, sehingga malah kena kaki Ballack. Saya tidak dengan sengaja menyepaknya.“
Tapi ayahanda Kevin menilai reaksi itu berlebihan. Cedera di lapangan biasa terjadi dalam pertandingan sepakbola. “Jadi aneh kalau insiden seperti itu disebut sengaja. Itulah teknik sepakbola,“ kata Prince Boateng.
Sebaliknya ia malah menilai Ballack tidak jujur. Di pertandingan Bundesliga yang pertama buat Kevin pada 2006, Ballack dengan sengaja menginjak kaki Kevin. “Apa maksudnya ini?“ kata Prince menirukan cerita anaknya. Lalu katanya, Ballack menjawab, “Ah tutup mulutmu. Bukan berarti jika sudah berhasil menaklukkan Frankfurt, kau menjadi pemain besar,“ kata Prince kepada Berliner Tageszeitung.
Pada pertandingan sebelumnya melawan Entracht Frankfurt, Kevin mencetak kemenangan. Cerita ini juga dibantah Ballack. Ia, katanya, tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu.
Namun Boateng, pemuda bertubuh gempal yang memulai kariernya sejak usia 7 tahun, memang mencatat sederet rekor brutal di lapangan, sehingga dijuluki “Ramboateng“ oleh media Jerman.
Pada 8 Februari 2009 Boateng menendang pangkal paha Miro Klose, 30, di pertandingan Dortmund melawan Bayern, hingga Klose tersungkur di lapangan. Tapi Boateng beruntung. Ia luput dari hukuman wasit. Dua belas hari kemudian ia melakukan lagi hal yang sama terhadap Mladen Krstajic, 35, di pertandingan melawan Schalke. Akibatnya Krstajic mesti digotong keluar lapangan lantaran tak bisa melanjutkan pertandingan. Boateng mendapat kartu kuning.
Pada 18 Maret di tahun yang sama, Boateng bersama koleganya dari Klub Hertha, Patrick Ebert, 22, dengan brutal menghancurkan kaca-kaca spion mobil seusai menghadiri pesta. Kejadian ini masih diusut polisi sampai sekarang.
Dua bulan kemudian Boateng “menghajar“ kepala pemain asal Jepang Makoto Hasebe, 25, dengan tendangan “Kung Fu“ di pertandingan melawan Wolfsburg, hingga berlumuran darah dan kepala Hasebe mesti ditambal dengan tujuh jahitan. Wasit Lutz Wagner memberinya kartu merah, dan menjadikan pertandingan itu sebagai pertandingan Boateng terakhir di musim ini.
Berdasarkan rekor itulah, penasehat Ballack, Dr. Michael Becker menganalisa dan mengumpulkan bukti untuk menuntut Boateng. ''Penonton bisa melihat dengan jelas kronologi kejadiannya. Kaki Boateng tidak mengarah ke bola, tetapi ke kaki Ballack,“ katanya. Jadi bukan tidak mungkin menyeret Boateng ke pengadilan.
Masalah Ballack tidak ikut ke Piala Dunia, memang akhirnya bukan sekadar tidak bisa membela tim, tapi ini menyangkut kerugian sponsor dan iklan. Konon lewat tuntutan itulah kerugian bisa terbayar.
Pangeran dari Berlin
Namun kebrutalan Kevin Boateng yang menambah nama “Prince“ --diambil dari nama bapaknya— sebagai nama tengahnya itu, juga diimbangi dengan ketangkasannya di lapangan. Pada Piala Eropa untuk pemain dibawah 19 tahun pada 2005, ia memukau penonton lewat tendangan golnya ke gawang Yunani, di menit ke 47 dan mengantar Jerman ke kemenangan 3-0.
Kevin yang menjuluki dirinya “Prince von Berlin“ (Pangeran dari Berlin), melengkapi julukannya dengan tato mahkota di lehernya. Pemuda dengan 15 macam tatoo di sekujur tubuhnya ini, lahir dari ibu asal Jerman dan bapak asal Ghana. Kakek asuhnya adalah sepupu bintang sepakbola Jerman Helmut Rhan yang berjaya di Piala Dunia 1954. Dua saudaranya Jéromé Boateng dan George Boateng juga pemain profesional sepakbola.
Debut profesionalnya dimulai di Berlin, di usia 17 tahun. Ia sudah mengikuti 41 pertandingan nasional, dengan 8 gol. Pemain berbakat pilihan Persatuan Sepakbola Jerman (DFB) tahun 2006 itu, dibeli Tottenham Hotspur 5,4 juta poundsterling (sekitar 7,8 juta euro) pada 2007 dan pada 2009 oleh Portsmouth senilai 4 juta poundsterling. Boateng pernah dibujuk bekas manajernya di Klub Hertha BSC, Dieter Honess, untuk memperkuat Jerman di Piala Dunia 2010. Tapi ia menolak.
Boateng yang konon punya gaya permainan Pele dan Rivaldo itu, malah menegaskan keinginannya kepada Joachim Loew untuk bergabung dengan kesebelasan negara asal bapaknya, Ghana. Awal Mei 2010 pelatih Ghana Milovan Rajevac memasukkan Boateng ke urutan nomer 30 kesebelasannya.
Loew tidak mau kehilangan akal. Kevin bergabung dengan Ghana, kakaknya Jéromé Boateng ditarik dari klubnya Hamburg SV ke tim nasional. Maka bisa dipastikan pertandingan 23 Juni nanti bakal seru, ketika kakak-adik ini bertemu di gelanggang Piala Dunia 2010.
SRI PUDJIASTUTI BAUMEISTER (JERMAN)