TEMPO Interaktif, Jakarta - Piala Dunia yang akan segera berlangsung justru diprediksi akan membuat omset di tempat-tempat hiburan akan menurun. Hal itu disebabkan masyarakat akan lebih memilih menonton piala dunia ketimbang pergi ke tempat hiburan dan rekreasi.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Rekreasi dan Hiburan Umum, Adrian Mailite, omset di beberapa tempat, khususnya kafe yang menggelar acara nonton bareng Piala Dunia memang akan meningkat. Tapi hal yang sebaliknya justru terjadi di tempat-tempat hiburan yang tidak menyiarkan acara tersebut.
“Seperti bioskop, karaoke, lounge, dan disktotik justru bisa turun (omsetnya) antara 20 – 30 persen,” ujar Adrian saat dihubungi Tempo hari ini (10/6). Tak hanya di tempat hiburan, tempat wisata dan rekreasi pun diprediksi Adrian akan mengalami penurunan. Bahkan penurunan di lokasi wisata dan rekreasi bisa turun lebih tajam dibandingkan dengan tempat hiburan, yakni bisa mencapai 40 persen atau lebih.
“Karena biasanya bola itu kan malam baru mulai. Jadi bapak-bapaknya enggan mengantar keluarganya rekreasi karena semalamnya habis menonton bola.” Di sisi lain, lanjut Adrian, pendapatan kafe-kafe yang menggelar acara nonton bareng bisa meningkat hingga 60 persen.
Namun saat ini ada aturan yang menyatakan Piala Dunia tidak bisa disiarkan di tempat umum tanpa ada ijin dari pemegang hak siar. Sehingga, terang Adrian, kondisi ini berbeda dari Piala Dunia sebelumnya, 2006. “Dulu tempat hiburan yang ingin menggelar acara nonton bareng tidak harus mendapatkan ijin dari pemegang hak siar,” tuturnya.
Walau kondisi ini menyulitkan pelaku di industri hiburan yang akan menggelar acara terkait Piala Dunia, namun Adrian justru optimistis tempat hiburan yang mengadakan acara nonton bareng akan meraup pendapatan lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2006 lalu. “Bisa dilihat dari iklan-iklan nonton bareng. Saat ini sudah banyak baik poster-posternya, iklan di radio, dan berbagai media lainnya. Sehingga antusiasme masyarakat sudah bisa terukur dari sini.”
Sebenarnya, menurut Adrian, pihaknya telah memprotes aturan tersebut kepada pemegang hak siar Piala Dunia 2010. Dia mengatakan, jika aturan tersebut hanya dikenakan di tempat-tempat yang mengkomersilkan Piala Dunia maka sah-sah saja. Namun jika diperuntukkan di semua tempat hiburan maka itu menjadi tidak adil.
Misalnya saja di sebuah restoran, Adrian melanjutkan, restoran itu memang kebetulan memiliki televisi, pasti pengunjung yang datang ingin dipindahkan programnya ke Piala Dunia. Tapi hal itu sekarang sudah tidak bisa lagi.
“Ini yang saya protes. Apa kami harus matikan televisi kami selama Piala Dunia berlangsung. Kan ada yang tidak mengkomersilkan itu. Tapi protes saya sampai sekarang belum ada jawaban. Mereka mengatakan akan melakukan pemantauan lapangan. Jadi bagi yang ketahuan menyiarkan Piala Dunia tanpa hak siar akan mendapatkan sanksi. Sanksinya berupa apa, saya sendiri sampai sekarang masih belum tahu,” kata Adrian.
MUTIA RESTY