Pertanyaan Presiden itu bisa jadi mewakili keinginan kuat masyarakat Indonesia yang ingin melihat tim nasionalnya bisa berkiprah di pentas dunia. Keinginan seperti ini tentu wajar bagi sebuah bangsa yang penduduknya sebagian besar menyukai sepak bola.
Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi. Untuk negara besar dengan penduduk 230 juta, Indonesia selama ini hanya menggunakan ukuran kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasi. Celakanya, di kawasan ini saja sepak bola Indonesia tidak bisa berprestasi.
Terakhir kali Tim Merah Putih meraih medali emas di SEA Games adalah pada 1991. Di Piala AFF, yang digelar sejak 1996, Indonesia sama sekali tak pernah merasakan menjadi juara. Di tahun-tahun belakangan, prestasi sepak bola Indonesia justru semakin tenggelam. Hasil memalukan yang terakhir didapat saat SEA Games 2009 karena Indonesia tak pernah menang di babak grup dan mendapat kekalahan pertama dari Laos. Di Piala Asia, Indonesia untuk pertama kalinya dalam 14 tahun terakhir juga gagal menuju putaran final di Qatar tahun depan.
Kemunduran prestasi tim nasional Indonesia dalam tahun-tahun belakangan berakibat pada semakin rendahnya ranking Indonesia di FIFA. Semenjak 2003, peringkat Indonesia terus menerus terus mengalami penurunan mulai dari peringkat 91 di tahun 2003 dan 2004, peringkat 109 di tahun 2005, peringkat 153 di tahun 2006, peringkat 133 di tahun 2007, peringkat 139 di tahun 2008, dan peringkat 120 di tahun 2009. Peringkat Indonesia tahun ini semakin rendah. Saat ini Tim Merah Putih menempati peringkat ke-138.
Miskinnya prestasi tim nasional sepak bola Indonesia harus dibaca sebagai kegagalan pengelola sepak bola di Indonesia dalam melakukan pembinaan sepak bola di Indonesia. Mukadimah Statuta PSSI menyebutkan bahwa ideologi perjuangan atau misi inti PSSI adalah: Bahwa keberhasilan pembinaan sepak bola diukur dari prestasi yang dicapai, sebab tingginya prestasi sepak bola menimbulkan kebanggaan nasional. Dengan demikian keberhasilan pembinaan perlu dilakukan secara terorganisir untuk meningkatkan prestasi sepak bola nasional.
Kalimat itu secara jelas menggambarkan bahwa muara dari seluruh kegiatan pembinaan sepak bola di Indonesia adalah prestasi. Dan prestasi yang semakin menurun menunjukkan ada sesuatu yang salah dalam pengelolaan sepak bola di Indonesia. Oleh karena itu sepak bola Indonesia harus dibenahi.
Menurut juru bicara Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional, Abi Hasantoso, pembenahan sepak bola harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak sekedar diarahkan untuk mengganti orang per orang yang selama ini menjadi pejabat sepak bola di Indonesia. Dari berbagai sisi, mulai dari penyelenggaraan kompetisi, organisasi, dan pembinaan, pengelolaan sepak bola kita masih karut marut. Akibatnya prestasi kita nol. Jadi sepak bola Indonesia harus segera dibenahi supaya prestasi kita bisa naik, katanya.Mengikuti ucapan Presiden, momentum Piala Dunia di Afrika Selatan yang berakhir pekan lalu harus dijadikan inspirasi untuk mulai membenahi sepak bola Indonesia. Ke depan, mari kita benar-benar saling memperkuat diri dan melakukan sesuatu yang kongkret, kata Presiden saat acara nonton bareng final Piala Dunia di Puri Ciekas, pekan lalu. ARIS M