Ada banyak keberuntungan mengiringi perjalanan hidup Khedira, dan sebagian besar dipengaruhi orang tuanya. Pada awal 1980-an, kedua orang tuanya bertemu. Saat itu ibunya, asal Jerman, berwisata ke Hammamet, Tunisia. Di sana dia bertemu dengan pemuda setempat. Pertemuan itu membuahkan benih-benih cinta. Setelah beberapa kali berkunjung ke Jerman, si pemuda memutuskan untuk menikahi si gadis dan mereka lantas tinggal di Cannstatt di pinggiran Stuttgart.
Lazar, ayah Khedira, awalnya bekerja sebagai buruh pabrik baja. Keberuntungan membawanya menjadi pegawai di VfB Stuttgart dan akhirnya dipercaya sebagai supervisor bagi tim junior klub itu. Karena bakat besarnya ditambah bantuan sang ayah, Khedira pun bergabung dengan Stuttgart sejak usia 9 tahun.
Debutnya untuk tim senior terjadi pada Oktober 2006 ketika berhadapan dengan Hertha Berlin. Belum sampai sebulan, pemain bertinggi badan 189 sentimeter itu sudah mampu mencetak gol di Liga Jerman. Tak tanggung-tanggung, dua gol langsung dia ciptakan ke gawang Schalke. Saat itu usianya 19 tahun.
Sebagai remaja keturunan asing, Khedira sebenarnya bisa memperkuat tim nasional Tunisia. "Saya memutuskan untuk menjadi warga negara Jerman sejak kecil," kata pemain yang kerap bergonta-ganti gaya rambut ini. "Saya merasa, mentalitas saya adalah Jerman, terutama dalam soal kedisiplinan dan menghargai waktu. Saya juga sudah lupa berbahasa Arab seperti yang diajarkan ayah ketika saya masih kecil."
Khedira tak lupa akar. Beberapa tahun lalu dia hampir dua pekan tinggal di rumah keluarga besar ayahnya di Hammamet, Tunisia. "Saya memiliki nenek, enam bibi, dan 40-an saudara sepupu yang tinggal di sana. Saya menggunakan bahasa isyarat bila berbicara dengan mereka." Untuk soal puasa Ramadan, Khedira termasuk berdisiplin menjalankannya meski harus mengatasi kekurangan energi ketika bermain.
Khedira menjadi langganan Die Panzer--julukan Jerman--junior. Dia bermain 30 kali di level kesebelasan muda, termasuk menjadi kapten saat merebut gelar juara Piala Eropa U-21 pada 2009. Mereka menggulung Inggris 4-0 pada partai final di Swedia.
Pelatih Joachim Loew mempercayai Khedira menjalani debut untuk tim nasional Jerman senior pada September 2009 saat beruji coba melawan Afrika Selatan. Dia masuk menggantikan Simon Rolfes. Selanjutnya, keberuntungan lain menghampirinya.
Kapten tim nasional Jerman, Michael Ballack, mengalami cedera beberapa bulan menjelang Piala Dunia 2010 berlangsung. Begitu pula Rolfes dan dua gelandang senior yang lain. Tak pelak, Khedira pun menjadi pilihan Loew untuk mendampingi Bastian Scwheinsteiger sebagai gelandang breaker pada putaran final. "Saya melihat sosok Ballack muda pada diri Sami," kata Loew.
Di Afrika Selatan, nama Khedira moncer. Salah satu puncak penampilannya adalah saat mencetak gol kemenangan 3-2 atas Uruguay pada perebutan tempat ketiga. Sebagai gelandang bertahan, pacar Kathrin Bach ini juga memiliki naluri menyerang. "Saya sebenarnya bisa bermain di enam posisi yang berbeda," kata Khedira bangga.
Itulah yang membuat Alex Ferguson (pelatih MU), Carlo Ancelotti (Chelsea), dan Jose Mourinho (Madrid) kepincut berat. Khedira sendiri meniupkan angin ke Mourinho. "Saya terkesan oleh gaya Mourinho. Taktiknya sempurna: mengandalkan kecepatan, mencuri peluang mencetak gol, dan rapat di pertahanan. Cocok dengan gaya saya."
BERBAGAI SUMBER | ANDY MARHAENDRA