TEMPO Interaktif, Jakarta - Persebaya Surabaya masih terus berupaya mencari keadilan. Mereka kembali mendatangi Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia untuk melaporkan kecurangan pada pertandingan menghadapi Persik Kediri pada 8 Agustus lalu di Stadion Jakabaring, Palembang. Dalam laga itu Persebaya divonis kalah 0-3 karena tak datang ke pertandingan itu dan akhirnya degradasi ke Divisi Utama.
"Kami datang untuk melakukan upaya hukum atas apa yang sudah dilakukan PSSI terhadap kami. Pertandingan itu tidak sah untuk dilangsungkan karena panitia pertandingan Persik sendiri sudah menyatakan tidak sanggup menyelenggarakannya dan polisi juga tidak memberikan ijin untuk pertandingan itu," kata manajer Persebaya, Gede Widiade, Selasa (10/8).
Menurut Gede, ada kecurangan yang sudah direncanakan saat memaksakan pertandingan tetap berlangsung setelah gagal diselenggarakan pada 5 Agustus. Pertandingan tidak bisa diselenggarakan karena pada 3 Agustus ada surat dari Polresta Kediri yang tidak memberikan ijin keramaian ke panitia pertandingan dengan alasan sebelumnya ada keributan suporter Arema dengan warga Kediri.
Panitia pertandingan, menurut Gede, membuat surat pemberitahuan ke Badan Liga Indonesia dan ditembuskan ke Persebaya bahwa mereka tidak bisa menyelenggarakan pertandingan. "Jelas tertulis bahwa mereka tidak sanggup menyelenggarakan pertandingan dan polisi juga belum mencabut larangannya. Ada yang aneh ketika pertandingan justru dipindahkan dan Persik tidak dinyatakan kalah," kata Gede.
Gede sudah pernah menanyakan kepastian penyelenggaraan pertandingan kepada panitia pertandingan. "Mereka mengatakan tidak mencabut surat ketidaksanggupan untuk menyelenggarakan pertandingan namun mereka mengaku ada perintah dari orang pusat di Jakarta bahwa pertandingan harus tetap dijalankan," kata Gede. "Akhirnya semua kecurangan ini jelas ketika pertandingan dipindahkan ke Palembang, kami sudah didzolimi."
GABRIEL WAHYU TITIYOGA