Kemenangan itu juga memastikan rekor tak terkalahkan Si Putih menjadi 11 tahun tak terkalahkan dari Los Rojiblancos-julukan Atletico. The Special One menilai timnya perlu mengendalikan laju permainan. Menurutnya, sebuah pertandingan itu mempertemukan dua tim. “Kami melawan sebuah tim yang menginginkan kami terus bertahan. Namun kami berhasil melambatkan permainan pada babak kedua untuk mengendalikan permainan, bukan karena letih,” kata Mourinho yang menambahkan tugas menyerang cukup terampil diperlihatkan Mahamadou Diarra, Xabi Alonso, dan Sami Khedira, Senin (8/11).
.
Mourinho menganggap Atletico sebagai musuh kedua timnya di ajang domestik. Pasukan Florentino Perez selalu kerepotan mengendalikan musuh sekotanya itu kala tampil di Santiago Bernabeu. Padahal itu jarang terjadi kala tim melayani ‘singa-singa Eropa’ seperti AC Milan. “Namun ketika Anda berhadapan dengan pemain seperti Jose Antonio Reyes, Simao, Kun Aguero, maupun Diego Forlan Anda melawam para pemain terbaik di dunia. Anda tidak bisa mengalahkan Atletico dengan mengandalkan enam atau tujuh pemain,” tegasnya.
Real Madrid memang bisa mencetak gol relatif cepat lewat Carvalho (menit ke-13) dan Oezil (menit ke-19). Namun Mourinho tidak peduli jika ada yang menilai timnya tidak menekan lawan sampai akhir permainan. Ia hanya ingin pemainnya fokus. Baginya bermain bukan hanya mencetak gol. “Setelah mencetak gol kami perlu bermain dan berpikir tentang mengatasi masalah yang kami miliki. Jika kami bisa mencetak tiga atau empat gol bagus, jika tidak kami harus waspada,” jelasnya.
Mourinho tidak puas timnya hanya bisa mencetak dua gol. Baginya ini bisa menjadi bumerang bagi pasukannya ketika Atletico memberikan perlawanan. “Sejarah sepak bola penuh dengan contoh seperti ini. “Tim yang tertinggal punya keuntungan secara psikologis. Ini adalah hasil yang memenuhi syarat melawan tim yang memberi kami masalah,” katanya.
REALMADRID.COM | bgs