“Pada awal musim kami tidak bisa mengubah keadaan. Kami masih memikirkan hasil musim lalu namun itu telah membangunkan kami dan kini kami telah kembali secara psikologis,” kata Ranieri, yang mengaku kebangkitan Roma diawali ketika timnya kalah 2-1 dari Brescia di Liga Italia, Rabu (24/11).
Penyerang Jerman Mario Gomez mengemas dua gol keunggulan buat Bayern lebih dulu. Bangkit, Roma memborong tiga gol lewat Marco Borriello (49), Daniele De Rossi (81), dan Francesco Totti lewat titik penalti (84).
Ranieri mengatakan tidak tahu apakah ini adalah hari bersejarah bagi Roma. Namun ia puas timnya bisa mengoleksi tiga poin melawan tim juara kedua pengoleksi gelar Eropa, Bayern. “Kami kesulitan pada babak pertama. Namun pada akhirnya para pemain Roma memperlihatkan determinasi dan keinginan, dibantu dukungan suporter,” kata pelatih yang dijuluki The Thinker itu.
Ranieri menilai pelatih Bayern Louis van Gaal menerapkan strategi jitu pada babak pertama. Pemain Roma terus dibuat berlari dan mengendalikan permainan. “Itulah mengapa saya geser posisi Mirko Vucinic dan Jermey Menz lebih lebar untuk memberi lawan masalah,” jelasnya.
Ranieri baru menurunkan kaptennya Francesco Totti menggantikan Matteo Brighi pada menit ke-75. Strategi ini, menurutnya harus dilakukan untuk memberi peluang pemain veteran itu untuk beristirahat. “Totti tahu apa pun saya lakukan demi kebaikan tim. Ia datang sebagai pemain pengganti dan kesal, namun memberi tim dukungan,” jelasnya.
Roma yang kini menduduki posisi kedua Grup E akan lolos ke knockout jika bermain seri dengan Cluj pada pertandingan akhir. “Kami ingin mencapai knockout dan kami belum melakukannya. Jadi kami harus bertandang ke Cluj dengan tidak besar kepala,” katanya.
FOOTBALL-ITALIA | SOCCERNET | bagus wijanarko