Gilang, nama lelaki muda itu, sementara yang dipapahnya adalah Putri, istrinya yang baru berusia 23 tahun. Begitu sampai di teras masjid, tubuh Putri langsung terbaring. Mukanya pucat, kedua tangannya gemetar dan nafasnya lemah. "Kalau kecapekan dia sering begini," kata Gilang pada Tempo.
Ia kemudian membalurkan minyak kayu putih ke tangan, kaki, bagian perut serta punggung istrinya. Setelah gagal menghubungi taksi, Gilang kemudian meninggalkan Putri bersama Tempo. Dia bergegas mencari pertolongan petugas.
Baca Juga:
Dengan mata setengah terpejam dan suara lirih, Putri sempat bercerita. Ia memang harus diajak bicara agar tetap sadar. "Kami antre menukarkan voucher sejak jam 08.00," kata perempuan bertubuh tambun ini. Pasangan muda ini berkendara dengan sepeda motor dari rumah mereka di Pamulang.
Menurut Putri, antrean pagi tadi memang lebih panjang dibanding saat siang hari. "Saya mulai antre di dekat Parkir Timur," ujarnya sembari terus berusaha menarik nafas dalam. Padahal lokasi loket penukaran voucher untuk tiket kategori satu miliknya ada di depan Masjid Al Bina, sekitar 500 meter dari Parkir Timur.
Namun di tengah kondisinya yang mengenaskan, senyum masih tampak menghiasi bibir Putri. "Kami sudah dapat sepuluh tiket, untuk nonton bersama keluarga dari Bandung," ujarnya lirih.
Tak lama kemudian, Gilang datang bersama beberapa orang petugas keamanan. Setelah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, mereka kemudian memanggil ambulans ke tempat Putri terbaring. Putri pun kemudian diangkut oleh ambulans milik Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta menuju rumah sakit terdekat untuk memperoleh perawatan. "Sudah terlalu lemas, harus dibawa ke rumah sakit," kata seorang petugas PMI usai memasukkan Putri ke ambulans.
PINGIT ARIA