TEMPO Interaktif, Makassar - Ketua Umum PSM Makassar Ilham Arif Sirajuddin mengatakan keputusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) degradasi terhadap PSM ke Divisi I tidak berpengaruh terhadap kepindahan PSM ke Liga Primer Indonesia.
Degradasi ke Divisi I adalah sanksi yang sesuai prosedur. “Keputusan tersebut bukan hukuman,” kata Ilham di ruang kerja Wali Kota, Rabu (5/1).
Ilham mengatakan, sanksi PSSI terhadap PSM sudah terjadi dua kali. Sebelumnya PSSI memberi sanksi degradasi ke Divisi Utama Liga Super Indonesia. “Keputusan degradasi ke Divisi I memperjelas PSSI tidak paham terhadap regulasi sendiri,” kata Ilham.
Ilham mengatakan, Kepindahan PSM ke Liga Primer merupakan sebuah keputusan yang sangat berani. Keputusan PSM memberi dampak kepada klub lain.
Ia juga mengatakan, beberapa klub yang ikut berkompetisi di Liga Super, termasuk PSM sudah sejak lama ingin berteriak. Namun selama ini tidak memiliki kekuatan dan keberanian. “Kehadiran Liga Primer menjadi momentum yang tepat bagi klub untuk keluar dari kompetisi yang tidak sehat,” kata Ilham.
Menurut Ilham, kehadiran Liga Primer menjadi solusi bagi klub yang tetap ingin memberi sarana hiburan terhadap warga masing-masing daerah. Apabila klub memutuskan keluar dari kompetisi maka akan memunculkan gejolak dari warga yang selama ini menikmati sepak bola sebagai hiburan. “Liga Primer menjadi jaminan tidak hilangnya sepak bola sebagai sarana hiburan bagi masyarakat kota Makassar,” kata Ilham.
Kepidahan PSM ke Liga Primer mendapat penolakan dari PSSI. Pengurus cabang PSSI Provinsi Sulawesi Selatan, Kadir Halid berusaha merebut manajemen PSM dengan mengajak 26 klub binaan PSM untuk menolak kepindahan PSM. Sampai Rabu (5/1) kubu Kadir Halid mengklaim sudah mengantongi suara 15 klub yang menolak kepindahan PSM. “Ini bukti tidak konsistennya klub binaan PSM,” kata Ilham.
Ilham mengaku sudah tidak tertarik berkomentar mengenai upaya Kadir Halid mengambil alih manajemen PSM. Ilham mengingatkan Kadir untuk mengurus manajemen PSSI yang juga menjadi pemicu kepindahan PSM ke Liga Primer. “Saya malas berkomentar tentang Kadir, kalau Kakaknya saya mau,” kata Ilham.
Ilham mengatakan, PSSI perlu mengadakan restrukturisasi mulai dari Pimpinan hingga pengurus cabang. Saat ini tidak ada yang bisa menjamin keberhasilan Liga Super. Pertanyaannya, kalau gagal siapa yang bertanggung jawab, kan Pimpinannya. “Kalau Liga Primer tidak ada, maka PSSI tidak akan pernah melakukan reformasi,” kata Ilham.
Manajemen Bidang Hukum PSM, Syahril Cakkari, mengatakan kepindahan PSM ke Liga Primer merupakan akumulasi kecurangan yang dialami PSM selama berkompetisi di Liga Super. Masih jelas dalam ingatan pertandingan antara PSM dengan Semen Padang di Stadion Andi Mattalatta. Waktu itu wasit tidak memberi tendangan penalti atas pelanggaran yang terjadi di dalam kotak penalti Semen Padang. “Wasit mengaku akan berakhir karirnya kalau memberi penalti kepada PSM,” kata Syahril saat dihubungi Rabu (5/1).
Syahril mengatakan, pertandingan dengan Semen Padang hanya salah satu kecurangan yang dialami PSM. Setiap manajemen yang mengajukan keberatan selalu dinyatakan berperilaku buruk oleh PSSI. “Kecurangan-kecurangan tersebut memperjelas kompetisi di Liga Super tidak sehat,” kata Syahril.
Syahril mengatakan rangkaian kecurangan yang dialami PSM dalam bertanding memberi dampak yang negatif pada iklim persepakbolaan di Makassar. Kecurangan yang terjadi di lapangan pasti disaksikan oleh para pendukung fanatik. “Keputusan kontroversi wasit akan merangsang suporter untuk melakukan aksi anarkis,” kata Syahril.
Aristofani Fahmi