TEMPO Interaktif, Palembang - Klub Sriwijaya FC membutuhkan waktu sekitar tiga tiga tahun lagi untuk bisa mandiri tanpa bantuan dari pemerintah. Beberapa langkah sudah dilakukan dengan mengandeng sejumlah sponsor, termasuk BUMD.
Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri, Augie Bunyamin, mengatakan selama ini pihak selaku pengelola klub Sriwijaya FC dibantu pendanaannya oleh pemerintah melalui KONI Sumatera Selatan.
Dana bantuan ke KONI itu baru ke Sriwijaya sekitar Rp 15 miliar. “Itu jelas masih kurang dengan kebutuhan Sriwijaya FC yang mencapai Rp 43 miliar,” kata Augie. Namun, pihak PT SOM juga mencari bantuan dari pihak sponsor untuk menambal kekurangan tersebut.
Hitungan yang paling besar adalah untuk belanja pemain yang mencapai 50 persen, dan tanding away yang biasanya selalu di luar daerah, dengan letak yang berjauh, ongkos pesawat yang tidak kecil.
Pihaknya juga mengandeng BUMN dan BUMD di Sumatera Selatan untuk menjadi sponsor klub Sriwijaya FC, seperti Bank Sumselbabel, PT BA, dan Pusri.
Pihaknya juga mengajak kabupaten dan kota untuk berpartisipasi, walaupun tidak semua mendukung dengan nilai yang tidak ditentukan.
Kabupaten Ogan Komering Ulu, misalnya, menyumbang sekitar Rp 200 juta. Kalau mengandalkan penjualan tiket dan kaos serta pernak-pernik, jelas tidak bisa. Untuk pendapatan tiket saja sekitar Rp 1,8 milar.
Arif Ardiansyah