TEMPO Interaktif, Malang — Belasan pemain Arema mendatangi rumah kediaman Ketua Yayasan Arema, Muhamad Nur, yang berlokasi di Jalan Puncak Yamin Nomor 2, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Senin sore, 23 Mei 2011.
Rombongan pemain menumpang bus Pion Transport bernomor polisi AA-1586-AA (nomor polisi wilayah Kedu) dan tiba di depan rumah Nur pada pukul 15.05 WIB. Semula mereka berencana mendatangi rumah Nur pukul 14.00 WIB.
Aksi itu dipimpin langsung oleh Miroslav Janu alias Miro, sang pelatih. Ofisial tim yang tampak Tony Ho (asisten pelatih), Joko Susilo (asisten pelatih), Muhammad Taufan (sekretaris tim), dr Albert Rudyanto (dokter tim), dan Mat Banteng (sekuriti).
Para pemain yang tampak Ahmad Bustomi, Yongki Aribowo, Zulkifli Syukur, Talaohu Abdul Musafri, Esteban Javier Guillen Tejera (Uruguay), Roman Chmelo (Slovakia), Roman Gollian (Slovakia), Aji Saka (kiper), Tomy Pranata, Sunarto, Ahmad Amiruddin, Benny Wahyudi, Irfan Raditya, Wahyu Gunawan, Johan Ahmad Farizi, Purwaka Yudhi, Waluyo, Hendra Ridwan, Juan Revi Auriqto, dan Ronny Firmansyah.
Yang tak ikut Achmad Kurniawan (kiper), Kurnia Meiga (kiper), Syaifuddin (kiper), Hermawan, Leonard Tupamahu, Mochammad Fakhrudin, Dendi Santoso, serta dua Singapura, Muhammad Ridhuan dan Noh Alam Shah. Ridhuan dan Alam Shah sedang menjalani wajib militer di Singapura.
Kedatangan mereka mengundang perhatian banyak orang. Muncul banyak celetukan, seperti “people power” dan “kami belum gajian”. Adatnya orang bertamu, pemain pun memberikan salam dari balik pagar, tapi tak seorang pun keluar. Hanya ada Toyota Crown cokelat bernomor polisi B-2487-RU di teras rumah bertembok tinggi itu. Aksi mereka berlangsung sekitar 25 menit.
Miro mengatakan, kedatangan mereka untuk meminta pertanggungjawaban Muhamad Nur terhadap nasib mereka. Intinya, pelatih dan pemain menagih hak-hak setelah mereka memenuhi semua kewajiban sebagai pelatih dan pemain profesional dengan dedikasi tinggi.
Sebaliknya, ia dan para pemain sangat menyesalkan Muhamad Nur lebih sibuk mengurusi Kongres PSSI daripada Arema. Miro menegaskan tak ada hubungan antara kepentingan Arema dengan PSSI.
“Bukan PSSI yang bayar Arema. Untuk apa dia sibuk mengurusi PSSI, tapi internalnya (Arema) bagaimana. Itu harusnya dia urus dan pertanggungjawabkan. Harusnya dia pulang ke Malang bawa uang untuk bayar gaji kami,” kata Miro.
Menurut Rendra Kresna, Bendahara Yayasan Arema merangkap Presiden Klub Arema, tim Singo Edan membutuhkan dana segar Rp 10 miliar hingga akhir kompetisi Liga Super Indonesia.
Lebih dari Rp 5 miliar akan dipakai untuk membayar gaji pemain yang bervariasi antara 2,5 bulan sampai lima bulan. Ahmad Bustomi menjadi contoh pemain nasional yang tak bergaji lima bulan, masing-masing sisa gaji 2,5 bulan musim 2009-2010 dan 2,5 bulan gaji musim ini.
ABDI PURMONO